Pages

Subscribe:

Senin, 12 Desember 2011

KISI-KISI MATEMATIKA KELAS XII-IPS

 

1. Invers matriks A adalah A = 4    2  maka matriks  A adalah

                                                 3    1

2. Invers matriks   2   -3 adalah

                             -2    4

3.Transpose matriks A = a       b    adalah At  = a        c.

                                       C      d                          b        d

Jika At = A-1 maka ad-bc =…

4. Jika matriks B = adalah invers dari matriks A dan AC = B, maka C….

5. Diketahui matriks P = 1   3   1
                                           2   4   5
                                          0    7    6

Maka (Pt)t

 

 

kisi-kisi matematika kelas xi - ipa

1.    Bentuk paling sederhana dari tg 50 – tg 40 adalah…

2.    Jika

3.    Nilai maksimum dari

4.    Dalam segitiga ABC, a,b,dan c adalah sudut2nya jika tg a = ¾ dan tg b = 4/3 maka sin c =…

5.    Jika f(x) = 2 –sin2x, maka fungsi f memenuhi…

Minggu, 11 Desember 2011

penting

http://www.softpedia.com/dyn-postdownload.php?p=201832&t=0&i=1
http://www.thomasedison.com/
http://gudang-biografi.blogspot.com/2010/01/biografi-thomas-alva-edison-biografi.html
http://www.biografitokohdunia.com/2011/03/biografi-thomas-alfa-edison.html
http://andriewongso.com/awartikel-234-Campus_Corner-Belajar_Memahami_Kegagalan_Dari_Thomas_Alfa_Edison
http://www.bbc.co.uk/indonesia/berita_indonesia/
http://www.apakabardunia.com/2011/10/fakta-dalam-biografi-steve-jobs.html

Selasa, 06 Desember 2011

alamat situs berita

http://www.hariansumutpos.com/2011/12/20610/gatot-kalau-saya-maunya-nama-saya.htm
www.waspada.co.id
http://www.zeniusxpedia.com/students/prospectregsuccess/

Senin, 05 Desember 2011

kisi kisi ujian kelas xii ipa

1.    Diketahui  A (-1,2,1), B (3,4,-1), C (0,5,4), jika  BA = u dan AC = v Maka proyeksi skalar orthogonal vektor  u terhadap vektor  v adalah
a.
          b.          c.         d.             e.

2.    Diketahui vektor  a =xi-3xj + 6k dan b = (1-y)I + 3j – (1+x)k  dengan >0. Jika a dan b sejajar maka
a +3b =…
a. 0                 b. -7i + 21j + 21k             c. i -3j -3k             d. 2i + 3j -3k          e. -6i -24k

3.    Jika   dan A-1 adalah invers dari A, maka A +A-1 +A2
                                           

4.    Jumlah semua bilangan x sehingga matriks  tidak mempunyai invers adalah :
a.-2             b. 6             c. 2                d. 4            e. 8

Diketahui a = 3i -2j, b =-I +4j  dan c = 7i -8j jika c = ka +mb maka  k+m=…

Kamis, 01 Desember 2011

situs folder blog

http://www.torrentcrazy.com/8fa/torrents/folder-lock-7.1.5-crack-serial-and-keygen

Selasa, 22 November 2011

alamatnya

http://akunobuhiro.com/blogjet-v2-5-0-15-free-download-generator.html
http://teamhacker.4ulike.com/t1597-blogjet-v250152011-incle-patch-software-edit-blog-offline-dan-online?highlight=blog

mencari blogjet

http://fileforum.betanews.com/detail/BlogJet/1073945456/1

Rabu, 09 November 2011

lihat gambar cewek

http://wallpapers.brothersoft.com/celebrities/yoko-matsugane/?w_Home%20&%20Education
http://wallpapers.brothersoft.com/celebrities/megan-fox/?w_Home%20&%20Education

cara mengabil grafik

https://www.google.com/search?q=quadratic+equation&sourceid=navclient-ff&ie=UTF-8&rlz=1B2RNFA_enNL219NL219#pq=quadratic+equation&hl=en&sugexp=ppwl&cp=0&gs_id=4k&xhr=t&q=quadratic+equation&tok=xjk-mXxt3mqiMWpO1RwuvQ&pf=p&sclient=psy-ab&rlz=1B2RNFA_enNL219NL219&source=hp&pbx=1&oq=+quadratic+equation&aq=0&aqi=g3g-c1&aql=&gs_sm=&gs_upl=&bav=on.2,or.r_gc.r_pw.,cf.osb&fp=e7705b7cb938e544&biw=1360&bih=608&bs=1.
http://www.brothersoft.com/equation-download-237037.html
http://www.dplot.com/index.htm

http://mathematicse.wordpress.com/2007/08/26/rahasia-teka-teki-matematika/

Rahasia” Teka-teki Matematika

Oleh: Al Jupri

Berikut ini satu contoh teka-teki yang sangat terkenal*. Sering dipakai oleh banyak orang untuk berteka-teki. Walaupun “angka-angka” dan konteks yang dipakai dalam teka-teki berikut ini seringkali berbeda, tetapi prinsip teka-tekinya tetaplah sama**.

Tiga sekawan masuk ke hotel untuk menginap. Kata petugas, harga sewa kamarnya Rp. 300.000. Masing-masing mengumpulkan uang Rp. 100.000 untuk membayarnya. Setelah ketiga orang tadi pergi menuju kamar, sang petugas sadar bahwa harga sewa kamarnya seharusnya cuma Rp. 250.000.

Kemudian sang petugas meminta Bel-boy untuk menyerahkan uang Rp. 50.000 kepada ketiga orang tadi. Karena uang Rp. 50.000 berbentuk pecahan Rp 10.000, si Bel-boy hanya menyerahkan uang kepada ketiga orang tadi sebesar Rp. 30.000, sedangkan yang Rp. 20.000 disimpan untuknya. Uang yang Rp. 30.000 tersebut dibagi-bagi ke tiga orang tadi, masing-masing Rp.10.000.

Sehingga, bila dihitung-hitung, masing-masing orang hanya membayar Rp. 90.000. Jadi, bertiga sebenarnya membayar 3 \times Rp. 90.000 = Rp 270.000. Bila ditambahkan ke uang Rp. 20.000 yang dipegang si Bel-boy, maka jumlahnya Rp. 290.000. Lantas yang Rp.10.000 lagi ke mana?

Bagaimana, apakah Anda dapat memecahkan teka-teki tersebut? Bila belum, Anda boleh membaca pemecahannya seperti uraian berikut. Bila Anda dapat memecahkannya, saya ucapkan selamat atas keberhasilannya. Namun Anda pun boleh membandingkannya dengan cara pemecahan berikut ini.

Sebenarnya uang yang Rp. 10.000 tidak pergi ke mana-mana. Tidak hilang, tidak lenyap. Jumlah uang yang beredar di teka-teki tersebut tetap saja Rp 300.000. Tapi apa buktinya? Mari kita hitung perlahan-lahan.

Uang yang diterima petugas mula-mula Rp. 300.000 kemudian diserahkan ke Bel-boy Rp. 50.000 sehingga uang yang kini dipegang petugas Rp. 250.000.

Oleh Bel-boy, uang sebesar Rp. 50.000 cuma diserahkan sebesar Rp. 30.000 ke ketiga orang tadi. Sehingga si Bel-boy sekarang memegang Rp. 20.000.

Karena ketiga orang tersebut menerima kembali uang mereka sebesar Rp. 30.000 dan masing-masing orang kebagian Rp. 10.000, maka ini artinya mereka masing-masing mengeluarkan uang Rp. 90.000. Karena ada tiga orang, ini artinya mereka bersama mengeluarkan 3 \times Rp. 90.000 = Rp. 270.000. Nah, jumlah uang ini sama dengan uang yang dipegang petugas (Rp. 250.000) ditambah uang yang sekarang dipegang Bel-boy (Rp. 20.000), yaitu Rp. 250.000 + Rp. 20.000= Rp. 270.000.

Nah, bila uang Rp. 270.000 itu kita tambah dengan uang yang diserahkan ke ketiga orang tadi, yaitu Rp. 30.000 maka jumlah uang yang beredar pada teka-teki tersebut adalah tetap, yaitu Rp. 300.000.

Walaupun teka-teki tersebut biasanya hanya untuk selingan ketika kita ngobrol dengan teman-teman, di warung kopi misalnya, tapi teka-teki semacam ini bisa bermanfaat bila diterapkan di dunia pendidikan kita. Setidaknya, bisa digunakan untuk memancing siswa agar tertarik pada pelajaran matematika atau bahasa.

Lantas, apa saja guna teka-teki tersebut bagi dunia pendidikan kita, bagi siswa-siswi kita di sekolah? Bila memang berguna bagaimana menyajikannya?

Menurut saya, teka-teki semacam ini, selain dapat digunakan sebagai selingan pada pelajaran matematika, juga dapat digunakan pada pelajaran bahasa. Kenapa? Karena dalam teka-teki ini kecermatan penggunaan kata dan kalimat sangat berperan dalam memahami dan menyelesaikan masalah pada teka-teki ini.

Dengan perkataan lain, teka-teki ini selain mengajari kelihaian bermatematika juga mengajari keterampilan “bersilat kata” dalam pelajaran bahasa. Jadi, untuk kasus teka-teki ini, terlihat jelas kaitan antara pelajaran matematika dan bahasa, yang sama-sama merupakan “sarana” untuk berfikir, bersilat “angka” dan bersilat “kata” dalam waktu yang nyaris bersamaan***.

Oh, iya. Bisa jadi teka-teki semacam ini dapat digunakan untuk menarik minat masyarakat pembaca yang katanya pusing bila berhadapan dengan “angka-angka biasa” dalam matematika, tapi tidak pusing bahkan senang bila berhadapan dengan “angka-angka” yang terkait dengan uang. Mungkin teka-teki semacam inilah yang bisa dijadikan contoh bagi macam pembaca tersebut. Semoga!

Oh, iya lagi. Untuk kali ini saya sengaja tidak menyajikan ide dan cara bagaimana teka-teki ini disajikan dengan menarik pada siswa-siswi di sekolah. Oleh karena itu, saya nantikan pendapat Anda sekalian, khususnya bapak atau ibu guru matematika atau bahasa. Sekali-kali boleh juga bukan? Saya undang Anda untuk menyumbangkan ide dan sarannya, di kolom komentar tentunya. Atas sumbangan ide dan sarannya saya ucapkan terimakasih. :D

=======================================================

Ya sudah segitu saja ya untuk pertemuan kita kali ini. Sampai jumpa di tulisan berikutnya. Mudah-mudahan bermanfaat. Amin.

Catatan:

*Sumber: Kafe Ketawa Ketiwi , dengan modifikasi di sana-sini.

**Teka-teki yang serupa pernah disajikan di blog Buku Bekas.

*** Bila kita “teliti” lagi, teliti membaca teka-teki tersebut (yang saya modifikasi dari situs Kafe Ketawa Ketiwi), sebenarnya ada sedikit kejanggalan, yakni janggal karena melanggar “kebiasaan”. Apa itu? Ya, kejanggalannya itu begini. Biasanya, bila kita masuk untuk menginap di hotel, berdasarkan pengalaman, hampir tidak pernah langsung ditarik bayaran. Biasanya pembayaran hotel itu dilakukan bila kita akan keluar hotel. Betul? :mrgreen:
http://mathematicse.wordpress.com/2007/08/26/rahasia-teka-teki-matematika/

Selasa, 01 November 2011

Kata-kata mutiara Steve Jobs – Pendiri Apple

Kata-kata mutiara Steve Jobs – Pendiri Apple October 6, 2011
Posted by admin in : IT People, Mentalitas, People Power , 2comments

Steve Jobs merupakan seorang yang jenius, pendiri Apple ini ikut andil dalam menjadikan Apple sebagai perusahaan termahal di dunia. Beliau sudah meninggalkan dunia ini, namun seperti pepatah ”Gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan nama“. Berkat kejeniusannya, internet sekarang ada dalam genggaman Anda. Sebuah terobosan besar abad ini.

Beliau juga sering memberikan petuah dan bisa dijadikan panutan bagi kita semua. Mengikuti jalan pikiran manusia jenius ini melalui kata-kata yang terukir indah dalam memori kita. Berikut adalah beberapa kata-kata mutiara yang saya rangkum dari berbagai sumber.

“Inovasi membedakan antara pemimpin dan pengikut.”

“Jadilah tolok ukur kualitas. Beberapa orang tidak digunakan untuk suatu lingkungan di mana keunggulan yang diharapkan.”

(more…)
The Benefit Of Networking May 5, 2011
Posted by admin in : Article, Haryanto Kandani, Mentalitas, Motivator, NLP , 2comments

Salah satu karakteristik paling umum dari orang-orang yang berhasil adalah mereka secara terus menerus mengembangkan networking (sistem jaringan hubungan) dengan berbagai macam orang dari berbagai kalangan. Mereka tahu bahwa semakin banyak orang yang mereka kenal, dan mengenal mereka, semakin banyak keberuntungan dan kesempatan yang akan mereka miliki. Mereka mengambil setiap kesempatan untuk membuat jaringan dengan orang lain dan memperluas jaringan kontak mereka dalam semua bidang kehidupan yang menurut mereka penting.

Memiliki networking yang luas memiliki sejumlah besar manfaat, terutama dalam mencapai sasaran-sasaran yang besar. Bila Anda memiliki sejumlah sasaran dan impian besar tentang apa yang ingin Anda capai, maka kekuatan networking cocok bagi Anda. Selain itu networking juga akan berguna dalam pencapaian Anda seperti dalam hal bisnis, promosi, karir, sosial, informasi, referensi, transaksi, support, partnership dan berbagai hal lainnya. Makanya ada istilah yang mengatakan bahwa:

NO NETWORKING = NOT WORKING

(more…)
Giving your best in the workplace May 5, 2011
Posted by admin in : Article, Haryanto Kandani, Mentalitas, Motivator , add a comment

Sebagai seorang karyawan andalah yang bertanggung jawab penuh atas karir anda dan seberapa cepat peningkatan yang anda akan raih. Berikut ini ada beberapa tips yang dapat anda praktekkan untuk meningkatkan kinerja dan produktivitas anda yang akan mempengaruhi peningkatan karir anda.

1. Bekerja dengan lebih cepat
Kembangkan senantiasa perasaan terdesak (sense of urgency) untuk apapun yang ingin anda kerjakan atau lakukan. Bertindaklah segera, lakukan pada waktunya, jangan biasakan menunda pekerjaan anda agar tugas-tugas anda tidak menumpuk. Orang yang mengerjakan pekerjaannya dengan lebih cepat akan jauh lebih maju dari orang-orang yang suka menunda.
2. Lakukan lebih banyak hal yang penting
Oleh karena anda hanya mempunyai jumlah jam yang tertentu setiap hari maka pastikan anda menghabiskan setiap menit untuk melakukan hal-hal yang berharga bagi anda dan perusahaan bukan hal-hal lainnya. Hindari fokus pada pekerjaan yang berprioritas rendah karena itu cuma mendatangkan output yang rendah pula.
3. Kerjakan lebih dari yang diharapkan
Banyak orang memiliki pandangan bahwa mereka cukup mengerjakan sesuai dengan yang perusahaan bayarkan makanya tidak heran mereka sulit untuk dipromosi dan mengalami kenaikan gaji. Kalau kita ingin segera meningkat dan mendapatkan promosi maka usahakan selalu untuk mengerjakan tugas kita lebih dari yang diharapkan, karena kita selalu akan dibayar atas apa yang kita lakukan terlebih dahulu bukan sebaliknya.
4. Berikan perhatian pada hal detail
Perhatian anda pada hal-hal detail akan membawa anda semakin menonjol dalam pekerjaan karena mungkin tidak semua orang akan memperhatikan apa yang seharusnya dibenahi atau ditindaklanjuti.
5. Jadilah ahli di bidang yang Anda kerjakan
Semakin ahli anda di bidang pekerjaan yang anda tekuni maka semakin mahal nilai anda. Terus fokus kembangkan keahlian anda secara konsisten karena ini penentu karir dan penghasilan anda.
6. Jadilah problem solver
Kita perlu menyadari selalu bahwa kita dibayar untuk memecahkan masalah dalam perusahaan bukan menjadi pembuat masalah. Setiap orang cuma akan diingat dari masalah yang dipecahkannya atau masalah yang diciptakannya. Ketika kita mampu memecahkan masalah yang lebih besar maka kita akan segera mendapatkan upah yang lebih besar.

(more…)
Focus On Personal Development May 5, 2011
Posted by admin in : Article, Haryanto Kandani, Mentalitas, Motivator, NLP , add a comment

Kalau Anda naik pesawat terbang maka pasti akan ada petunjuk penggunaan masker oksigen. Petunjuk tersebut yang memberitahukan bahwa apabila terjadi keadaan darurat, maka Anda harus mengenakan masker oksigen Anda terlebih dahulu dan kemudian apabila jika Anda membawa anak kecil Anda dapat mengenakan masker oksigen tersebut ke mereka. Dengan kata lain Anda harus memperlengkapi diri Anda sendiri sebelum mempelengkapi orang lain.

Filosofi ini berlaku sama dalam kehidupan yaitu kunci untuk menolong orang lain adalah dengan menolong diri Anda sendiri terlebih dahulu. Jadi kontribusi atau hadiah terbaik yang dapat kita berikan pada orang lain dan diri sendiri, adalah dengan meraih peningkatan secara pribadi dalam hal personal development (pengembangan diri).

Hadiah terbaik bagi karyawan Anda adalah dengan menjadi pimpinan yang lebih baik. Hadiah terbaik bagi anak Anda adalah saat Anda menjadi orangtua yang lebih baik. Atau hadiah terbaik bagi diri Anda sendiri adalah dengan terus berkembang menjadi orang yang lebih baik.

(more…)
Kekuatan Motivasi May 5, 2011
Posted by admin in : Article, Haryanto Kandani, Mentalitas, Motivator , add a comment

Saya meyakini kebanyakan orang sebenarnya tahu apa yang harusnya dilakukan untuk meningkatkan kehidupan mereka. Sebagian dari mereka juga mungkin tahu apa yang harus dikerjakan untuk meraih apa yang mereka inginkan. Bahkan kalau Anda coba bertanya pada orang-orang yang ada di pinggir jalan, “Kira-kira apa yang harus dilakukan untuk dapat meraih keberhasilan?” maka saya yakin kemungkinan besar Anda bisa mendapatkan jawaban yang benar. Tetapi yang jadi pertanyaan adalah mengapa mereka sendiri tidak melakukannya? Hal ini dapat disebabkan karena kurangnya motivasi atau ketidakmampuan untuk memotivasi diri sendiri.

Inilah yang menjadikan motivasi adalah bagian penting dalam suatu pencapaian khususnya dalam berbisnis. Karena semakin besar suatu pencapaian bisnis yang diinginkan, maka semakin besar pula motivasi yang dibutuhkan. Motivasi diri yang akan mendorong Anda untuk memulai dan melakukan suatu tindakan. Selain itu juga motivasi menciptakan daya gerak yang tidak kelihatan namun begitu dahsyat. Sebagai contoh, pernahkah Anda bayangkan betapa kecilnya hal yang diperlukan untuk mencegah suatu kereta api yang belum dijalankan agar tidak bergerak? Cukup hanya dengan meletakkan sepotong balok kayu setebal 10 cm di depan masing-masing roda maka kereta api sudah dapat tidak bisa bergerak. Namun jika kereta api tadi sedang melaju dengan kecepatan 60 mil per jam, ia bahkan mampu menabrak tembok beton bertulang setebal 2 meter! Mungkin seperti itulah gambaran dari sebuah kekuatan motivasi.

(more…)
Profil Haryanto Kandani – Motivator Indonesia May 5, 2011
Posted by admin in : Haryanto Kandani, Motivator , add a comment

haryanto-kandani HARYANTO KANDANI adalah seorang penulis buku motivasi yang berjudul THE ACHIEVER yang sampai saat ini telah menjadi National Best Seller di Indonesia bahkan menjadi buku wajib beberapa perusahaan atau organisasi serta beberapa kali diliput harian Kompas sebagai Recommended Book.

Beliau juga adalah seorang Achievement Motivator, Personal Coach dan Self Improvement Trainer yang berfokus pada peningkatan pencapaian pribadi seseorang dengan menekankan perubahan mindset serta karakter.

Pengalaman yang cukup lama sebagai seorang pembicara motivasi membuat ia cukup dikenal masyarakat luas sebagai salah satu dari kumpulan motivator top Indonesia. Apalagi beliau pernah diliput oleh berbagai media cetak dan menjadi nara sumber di program TV dan Radio.

Dengan latar belakang di bidang SDM dan Certified DISC Analyst dari The Institute for Motivational Living USA. Ia juga memiliki pengalaman sebagai praktisi pemasaran pada suatu perusahaan real estate.

(more…)

http://www.jualanbuku.com/

http://omzaki.com/kata-kata-mutiara-nasihat-kehidupan.html

http://omzaki.com/kata-kata-mutiara-nasihat-kehidupan.html

kata-kata mutiara

http://www.centralartikel.com/2010/09/kumpulan-kata-kata-bijak-mario-teguh.html
http://www.centralartikel.com/2010/09/kumpulan-kata-kata-bijak-mario-teguh.html

nama web y
yang akan dicari uang.
Semua waktu adalah waktu yang tepat untuk melakukan sesuatu yang baik. Jangan menjadi orang tua yang masih melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan saat muda.
Kekuatan terbesar yang mampu mengalahkan stress adalah kemampuan memilih pikiran yang tepat. Anda akan menjadi lebih damai bila yang anda pikirkan adalah jalan keluar masalah.
Kita lebih menghormati orang miskin yang berani daripada orang kaya yang penakut. Karena sebetulnya telah jelas perbedaan kualitas masa depan yang akan mereka capai.
Jangan hanya menghindari yang tidak mungkin. Dengan mencoba sesuatu yang tidak mungkin,anda akan bisa mencapai yang terbaik dari yang mungkin anda capai.
Waktu ,mengubah semua hal, kecuali kita. Kita mungkin menua dengan berjalanannya waktu, tetapi belum tentu membijak. Kita-lah yang harus mengubah diri kita sendiri.

Untung di Balik Sial

Ada keuntungan di balik kesialan. Sial itu bukan hambatan dan sifatnya sementara. Dan kesialan itu akan sirna, jika segera memulainya dengan kebaikan.

Adalah anggapan keliru jika dikatakan sial sebagai sesuatu yang tidak menguntungkan bagi setiap orang. Sementara Tuhan memberikan hambatan yang diterima manusia sebagai kesialan, sebagai upaya untuk kita memperbaiki diri. Sehingga manusia mampu menyikapi kerugian dan kesalahannya untuk kemudian mencapai keberhasilan.

Itulah tujuan Tuhan yang tidak berkurang sedikitpun kekayaanNya dengan memberikannya pada seluruh umat. Hal ini diperlukan olehNya untuk kita memperbaiki diri dengan adanya kesialan tersebut, agar kita bisa menjadi lebih baik dari sebelumnya. Sehingga kita menerima sinar yang baiknya akan menjadi kesempatan yang baik.

Bukankah di balik datangnya kesulitan ada kemudahan ? Karena itu, jangan menganggap sial sebagai sebuah bencana. Begitupun, itu semua tergantung bagaimana kita melihatnya. Jika kita lihat dari sisi negatif, maka kita akan menjumpai yang namanya kesialan

Kesempatan Datang Berkali-kali

Banyak di antara kita hanya menyukai hal-hal yang mudah dan janji dengan keuntungan besar serta yang tidak merepotkan untuk dikerjakan. Kemudian, ketika mengalami kesulitan kita namakan sial.
Kita hanya ingin mencari gampangnya saja. Contohnya, ketika pada seorang anak kecil ditawarkan pilihan koin emas dan uang seribu, si anak akan mengambil yang dianggapnya besar dan bernilai. Uang seribu itu diambilnya daripada koin emas.

Sementara Tuhan memberi sinyalnya dengan ketidakmudahan yang awalnya sulit dilakukan. Yakni, agar kita bisa lebih bersungguh-sungguh berupaya. Seperti seorang anak diminta orangtuanya berlari cepat. Dengan kesungguhannya, si anak mampu melewati rintangan dan kesulitannya, mampu berlari cepat seperti yang diinginkan oleh orangtuanya.

Itulah cara Tuhan meminta kita bersungguh-sunguh dalam bekerja. Dia memberi hambatan agar kita mengoreksi diri, apakah kita sudah bersungguh-sungguh. Bila masih ada yang perlu diperbaiki, Ia memerintahkan kita untuk segera memperbaiki diri.

Dalam hidup ini, Tuhan memberi kesempatan pada umatNya berkali-kali. Bukan satu kali. Kalaupun kesempatan terlihat datang satu kali, itu karena hanya terlihat dalam satu pintu. Kesempatan itu selalu datang berkali-kali. Hanya saja, wajah datangnya berganti-ganti. Kadang datang dalam bentuk atasan yang kasar atau sebaliknya sedang mendapat pujian.

Semua itu dimaksudkan, agar kita berhati-hati dalam menerima datangnya kesempatan. Sehingga tidak timbul penyesalan di kemudian hari. Bukankah adanya penyesalan setelah berlalunya kesempatan ?

From Galau to Wisdom. Galau Itu Milik Pribadi

Mario Teguh Golden Ways



Tuhan itu Maha Adil. Ia memberi kepantasan pada umatNya. Orang kecil diberikan kegalauan yang kecil juga, senangnya juga kecil. Untuk orang besar, kegalauannya pun besar.

Oleh karena itu, jalankan kehidupan ini dengan tahapan. Perumpamaan naik anak tangga, lakukan setahap demi setahap. Sebab pertumbuhan itu harus alamiah. Sehingga kita diperintahkan untuk naik kelas secara alamiah.

Memang ada yang ingin berhasil sesegera mungkin. Langsung naik dari anak tangga satu ke anak tangga ke empat. Tapi apa akibatnya ? Dipastikan orang itu akan tidak mampu menyelesaikan masalahnya. Untuk itu, jangan membuat kita menggalaukan pada hal-hal kecil, yang semestinya mampu kita selesaikan dengan mudah.

Seandainya Tuhan memberikan kita garansi tidak akan gagal dalam kehidupan, apa yang akan kita lakukan ? Pasti diantara kita memiliki jawaban berbeda-beda. Dan mungkin di antara kita tidak tahu apa yang akan dilakukan ?

Hiduplah dengan kebaikan. Kalaupun Tuhan memberikan kita jaminan tidak akan gagal dalam kehidupan, jadilah sebagai pemimpin dunia yang membantu orang kecil, pemimpin dunia yang berperi-kemanusiaan. Karena karakter pribadi sebagai pemimpin, ibarat pandai besi membuat pedang. Dia akan mencari bahan untuk membuat pedang dari baja. Bukan bahan dari alumunium yang membuat pedang biasa dan mudah patah.

Seorang pandai besi tidak akan mengeluh dengan bahan bajanya untuk dibentuk menjadi pedang. Walau memang, si pembuat pedang itu adakalanya punya batasan waktu. Sehingga baja yang terlalu kuat perlu dibuang. Itulah manusia. Jadilah untuk bisa berubah menuju kebaikan. Jangan mempersulit kehidupan. Karena ada orangtua karena tidak mampu mengubah anaknya, akhirnya menyerahkan pada Tuhan untuk menjaganya.

Sambutlah hidup ini dengan gembira. Karena kita sebagai manusia terbuat dari bahan hebat. Kehebatannya itu, mampu menyeterika kehidupannya dan memenangkan diri selalu kuat. Jadikan kegalauan Anda urusan pribadi anda. Bukan kegalauan Anda menjadi urusan orang lain. Jangan jadikan temperatur orang lain, sebagai penentu kebahagiaan Anda.

JIKA ANDA SERING GALAU MAKA ANDA DIPERINTAHKAN NAIK KELAS
JADIKANLAH KEGALAUAN SEBAGAI TENAGA UNTUK MEMPERCEPAT KEBERHASILAN ANDA


http://www.tabloidwanitaindonesia.net/CMpro-v-p-283.html

Senin, 31 Oktober 2011

Mewujudkan Impian Menjadi Kenyataan

impian 4
Membuat impian menjadi kenyataan bukan hal sulit. Caranya, abaikan pendapat salah yang melemahkan kehidupan. Kemudian, berpihaklah pada pendapat yang berpihak pada keberhasilan. Setelah itu, lakukan tindakan dengan segera bekerja, membangun mimpi untuk diwujudkan menjadi kenyataan.

Mimpi mempunyai dua makna. Yakni, mimpi yang menjadi pengindah tidur, kembangnya tidur, dan mimpi yang membesarkan kehidupan dalam proses sadar, disebut khayalan. Kedua mimpi itu memberi pemahaman berbeda. Namun dapat dijadikan kekuatan untuk membesarkan kebaikan dan mewujudkan sesuatu yang tidak mungkin, bisa menjadi mungkin.

Misalnya, jika ada orang yang bermimpi dapat ikan, lalu diterjemahkan oleh ahli tafsir mimpi membawa keberuntungan, maka lakukan dengan kesadaran untuk mewujudkan mimpi tersebut. Bisa saja dimulai sebagai pedagang ikan kecil-kecilan, yang nantinya berkembang sesuai dengan kemampuan lain yang akan dilakukan di kemudian hari.

Sedangkan khayalan, merupakan mimpi dalam proses kesadaran kita, untuk membangun kenyataan seindah mimpi. Hanya saja, kadang banyak orang kebablasan dengan selalu berkhayal tanpa disertai dengan tindakan.

Dalam hal ini, khayalan adalah tempat berangkat paling indah, namun juga sebagai tempat tinggal paling menyiksa. Untuk itu, khayalan bukan tempat yang dirancang untuk berlama-lama ditempati. Segeralah bertindak dan mulailah melakukan sesuatu yang membuat mimpi dapat diwujudkan.

Jangan Abaikan Kebaikan

Diantara mimpi dan kenyataan itu ada jeda yakni kegelisahan dan semangat, kebaikan dan keburukan, dan sebagainya. Namun, jeda kebaikan bisa membawa orang pada kesuksesan hidup. Maka, perlihatkan diri Anda untuk mudah diangkat. Karena orang yang kelihatan itu, menunggu kesempatan baik untuk diketemukan. Untuk itu, tampillah sebaik-baiknya diri, sehingga hadiah bagi kebaikan adalah kebaikan itu sendiri. Itulah indahnya sebuah kebaikan. Kalaupun tidak tahu cara memulainya, biarlah kebaikan yang akan mencarikan jalan.

Semua mimpi bisa menjadi kenyataan. Apapun mimpi Anda, yakinlah pada Tuhan yang mendekati orang yang melakukan kebaikan. Kalaupun ada hambatan, hal itu karena mendengar pendapat atau nasihat yang salah. Terlebih kita biasanya terlalu mengabaikan kebaikan.

Berhentilah mengabaikan pendapat ataupun nasihat negatif. Belajarlah untuk mendengar nasihat baik, karena disitulah ada semangat yang membantu langkah menuju kebaikan.

Dalam pelajaran hidup ini, kita perlu membongkar pelajaran yang salah. Lalu membangun kemampuan yang berpihak pada keberhasilan. Mengingat selama ini, kita terbiasa terlalu mendengar pendapat orang yang tidak berpihak pada keberhasilan.

Seringkali kebaikan-kebaikan yang kita perbuat akan membuka jalan untuk menuju mimpi. Kadang kita melihat orang lain yang tidak pandai dari diri kita tetapi pangkatnya lebih tinggi. Pangkat itu merupakan julukan manusia.di depan Tuhan disebut derajat. Sedangkan karir adalah jalannya kebaikan.

Untuk itu mintalah padaNya, agar anda diberi kesempatan dibalik ketidakmampuan atau ketidakmungkinan yang anda anggap sulit. Nyanyikanlah doa jika anda memiliki impian besar untuk membangun kemuliaan untuk orang banyak. Yakinlah dengan kekuatanNya, yang membesarkan sekecil-kecilnya orang dan sebesar-besarnya tugas.

Dengan demikian, bukan hal yang tidak mungkin orang kecil dapat mewujudkan impian besarnya. Karena Tuhan hanya minta kita berupaya, dan kekuatanNya yang akan membantu kita dari ketidakmungkinan.

Kamis, 27 Oktober 2011

cari rpp metematika berkarakter

http://nyachya.blogspot.com/2011/08/rencana-pelaksanaan-pengajaran-rpp.html

Etos Sisingamangaraja dan Etos Batak: Sebuah Rekonstruksi Oleh Jansen H. Sinamo

(Disampaikan pada Seminar Nasional Memperingati 100 Tahun Gugurnya Sisingamangaraja XII Medan, 2 Juni 2007)

Stempel kerajaan Sisingamangaraja XII

PENDAHULUAN

Kalau kita benar-benar serius memperingati 100 tahun gugurnya Pahlawan Nasional Sisingamangaraja XII minggu ini maka pertanyaan-pertanyaan di bawah ini perlu kita jawab dengan baik agar peringatan istimewa ini dapat memberikan makna penuh:

1. Bagaimana kita bisa mendapatkan gambaran yang utuh, faktual, dan akurat tentang Sisingamangaraja XII sehingga sang pahlawan sungguh-sungguh dapat tampil sebagai tokoh sejarah riil yang daripadanya orang Batak dan warga negeri ini bisa belajar. Dalam kehidupan dan perjuangan Sisingamangaraja XII sejumlah mitos berkelindan dengan fakta, namun mitos-mitos itu sering justru lebih menarik. Misalnya, kisah kekebalannya yang lenyap jika tersentuh oleh darah. Sebagian orang percaya, sebagian tidak. Namun debat kusir tentang hal ini sering menyita habis energi para pedebat sehingga tidak mampu memetik inspirasi, motivasi, dan kearifan dari kisah itu.
2. Apa persisnya warisan Sisingamangaraja XII bagi orang Batak, dan bagaimana warisan itu bisa diolah menjadi daya vital baru bagi orang Batak sekarang, termasuk bagaimana mewariskannya kepada generasi muda Batak sehingga dapat memberikan sebuah kebanggaan sejarah yang sehat.
3. Bagaimana hasisingamangarajaon—yakni semua hal tentang Sisingamangaraja: hidupnya, kepercayaannya, kerohaniannya, kerajaannya; termasuk patik, uhum, dan adat yang dijunjungnya, serta tona yang ditinggalkannya kepada para pengikutnya di wilayah pengaruhnya—yang dalam kurun waktu tertentu pernah menjadi narasi populer dalam masyarakat Batak, mempengaruhi praktik habatahon kita dari masa ke masa hingga saat ini? Secara khusus, bagaimana sebaiknya orang Batak menempatkan hasisingamagarajaon dalam pergulatan hidup orang Batak dewasa ini di bidang budaya dan politik.
4. Bagaimana caranya agar istana, regalia, dan benda-benda pusaka Sisingamangaraja jangan sampai lapuk atau hilang ditelan zaman; bagaimana merawat peninggalan fisik itu, termasuk berbagai dokumen, yang tersebar di berbagai tempat: Belanda, Jerman, Amerika, Jakarta, Bakara, Balige, dan Sionomhudon; agar bisa dimanfaatkan menjadi bahan studi, serta dikelola sebagai situs budaya, wisata, dan spiritual yang baik.
5. Bagaimana kita dapat mengekstraksi (mangenet) suatu Etos Batak melalui studi tentang nilai-nilai yang diwarisi dan dihayati Sisingamangaraja yang termuat dalam sistem haporseaon dohot partondion, patik dohotuhum, serta tona maupun adat yang ditegakkan dan diwariskannya di sepanjang karir harajaon dan kepahlawanannya yang krusial bagi pergumulan orang Batak dalam derap globalisasi sekarang. Pertanyaan terakhir ini merupakan topik bahasan saya dalam seminar ini, yang meskipun masih taraf permulaan, kiranya dapat menjadi titik berangkat yang menyemangati kita semua.

Sisingamangaraja XII dalam lukisan



ETOS: PERKARA YANG VITAL

Karena pada tahun-tahun belakangan ini publik mengenal saya sebagai guru etos maka keluarga besar Sinambela di Jakarta, melalui Ketua Umum Toga Raja Sinambela, meminta saya dalam seminar ini membicarakan Etos Sisingamangaraja secara khusus, dan Etos Batak secara umum. Dan dengan gembira permintaan itu saya penuhi karena dua alasan.



Pertama, saya telah sampai pada kesimpulan bahwa suatu bangsa tanpa etos yang unggul tidak akan mungkin sintas dan sukses di abad ke-21 ini. Bangsa yang beretos buruk akan selalu kalah dalam lomba disiplin kerja, produktivitas kerja, kualitas kerja, kreativitas kerja, dan inovasi kerja. Bangsa demikian–meminjam ungkapan Bung Karno–hanya akan menjadi “satu bangsa kuli, dan kuli di antara bangsa-bangsa–een natie van koelies, en een koelie onder de naties”. [Ungkapan aslinya berasal dari Prof. Dr. van Gelderen, pejabat Kantor Pusat Statistik Hindia-Belanda, dalam Statistich Jaaroverzicht 1928: ... para pemilik modal telah menjadikan rakyat jajahan sebagai bangsa loontrekkers (pencari upah belaka) dan een loontrekker onder de naties (pencari upah di antara bangsa-bangsa)]



Etos yang berarti “the distinguishing character, beliefs or moral nature of a person, group, or institution” adalah faktor pembeda utama sifat dan perilaku yang khas antarorang, antarorganisasi, atau antarkaum. Maka etos Batak berarti seperangkat karakter khas orang Batak yang membedakannya dengan kaum lain. Yang kita kehendaki tentu bukan sekedar berbeda, sekedar lain, tetapi keberbedaan yang membuat orang Batak mampu lebih tangguh dan berhasil dalam hidupnya. Hal terakhir inilah yang menjadi inti bahasan saya pada pasal berikutnya.



Di ranah korporat etos difahami sebagai “the code of conduct of a business and the way in which it treats its staff, customers, environment and legal responsibilities.” Etos disini ekivalen dengan budaya perusahaan (corporate culture). Semua studi manajemen mutakhir menegaskan hal itu: sukses korporat memang ditentukan oleh faktor-faktor keunggulan perilaku dan budaya kerja.

Stephen R. Covey



Menurut pengamatan saya sendiri dalam 25 tahun terakhir ini semua buku manajemen yang berstatus mega-bestseller (oplag di atas 5 juta) yang menjadi buku panduan korporat i seluruh dunia boleh dikata berbicara di seputar etos seturut definisi di atas. Yang terutama di antaranya: In Search of Excellence: Lessons from Americas Best Run Companies (Robert H. Waterman and Thomas J Peters, Warner Books; 1983), Thriving On Chaos: Handbook for a Management Revolution (Tom Peters, Harper Paperbacks; Reprint edition, 1988), The Seven Habits of Highly Effective People (Stepehen R. Covey, Free Press; 1st edition, 1990), The Balanced Scorecard: Translating Strategy into Action (Robert Kaplan and David Norton, Harvard Business School Press, 1996), Built to Last: Successful Habits of Visionary Companies (James C. Collins and Jerry I. Porras, HarperCollins Publishers; 1st edition, 1997), Competing in the Third Wave: The Ten Key Management Issues of the Information Age (Jeremy Hope and Tony Hope, Harvard Business School Press, 1997), Good to Great: Why Some Companies Make the Leap and Others Don't (Jemes C. Collins, HarperCollins Publishers, 2001).

Max Weber

Di tingkat masyarakat, studi sosiologi menunjukkan bahwa etos adalah kunci utama bagi kemajuan suatu kaum. Max Weber (1864–1920) untuk pertama kalinya menunjukkan hal ini dengan cemerlang. Weber menemukan adanya afinitas bahkan sinergi dinamis antara etik Protestan dengan etos kapitalisme yang sedang tumbuh pesat di Eropa saat itu (abad ke-16) yang termuat dalam karya monumentalnya: The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism. [Translated by Talcott Parsons. With a Foreword by R. H. Tawney. New York: Charles Scribner’s Son, 1958.]

Kepada Max Weber lah saya berutang budi, karena dari gagasannya tentang etos kerja itulah saya mendapat inspirasi dan motivasi menulis buku 8 Etos Kerja Profesional.



Ignas Kleden



Ignas Kleden, dalam makalahnya Kapitalisme, Spiritualitas Keagamaan, dan Etos Ekonomi: Mengenang 100 Tahun The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism, Jakarta, 2005, mengomentari tesis Weber tersebut sebagai berikut:

Max Weber menunjukkan kepada kita bahwa antara etik Protestan dan etos ekonomi yang dalam istilahnya dinamakan spirit kapitalisme, terdapat suatu hubungan (yang mungkin selalu terbuka untuk dirumuskan bagaimana wujudnya dalam sejarah), yang menjelma menjadi kombinasi yang sangat dinamis yang menggerakkan pertumbuhan kapitalisme modern, yang mendapat bentuknya dalam kapitalisme industrial. Semua kapitalisme lain sebelum itu (misalnya yang dihasilkan oleh pengerukan kekayaan tanah jajahan melalui kolonialisme, atau kapitalisme merkantilis yang dihasilkan oleh perdagangan), tidak memiliki etos ini, karena semua bentuk kapitalisme itu belum menjadikan pemupukan modal sebagai suatu perbuatan yang dibenarkan oleh agama, dan juga belum menjadikan pemupukan modal menjadi tujuan yang harus mendapat pengabdian seutuhnya dari manusia. Ucapan sacra auri fames (kegairahan yang suci akan emas) menunjukkan etos ini, karena kekayaan bukanlah sesuatu yang aib secara moral, tetapi malahan menjadi jalan orang mencapai kesempurnaan moralnya.

Martin Luther



Penting diingat, ketika founding fathers Protestantisme itu, terutama Luther dan Calvin, melancarkan reformasi keagamaan di Eropa di awal abad ke-16, tidak sedikit pun terbetik dalam pikiran mereka untuk membangun suatu sistem ekonomi (kapitalisme) seperti yang ditemukan Max Weber empat abad kemudian, atau yang kita mengerti sekarang, lima abad kemudian. Pada waktu itu, mereka cuma ingin berkenan kepada Tuhan secara murni, melepaskan diri dari suasana keagamaan yang sesak dan koruptif.



Namun, gerakan reformasi itu ternyata menghasilkan unintended consequences yang positif: mereka berkenan kepada pasar, berkenan kepada dunia, bahkan mengubah dunia melalui terbentuknya etos kerja Protestan yang pada gilirannya membuahkan sukses ekonomi (kapitalisme) yang dahsyat.



Dalam ungkapannya yang populer etos kerja Protestan itu adalah sebagai berikut: (1) Bertindak rasional (2) Berdisiplin tinggi (3) Bekerja keras (4) Berorientasi pada sukses material (5) Tidak mengumbar kesenangan (6) Hemat dan hidup bersahaja (7) Menabung dan terus menerus berinvestasi.



Belakangan disadari, ternyata bukan hanya Protestantisme yang sanggup menjadi basis nilai dan sumber semangat bagi pembangunan etos ekonomi yang berhasil. Kata Ignas dalam makalah yang sama:



Dilihat dari masa kita sekarang maka etik Protestan dan spirit kapitalisme itu, yang dalam esai Max Weber dilihat sebagai suatu persambungan, mungkin harus diperlakukan secara terpisah. Ini artinya etik Protestan hanyalah salah satu contoh, yang oleh Max Weber dibuat sangat meyakinkan, tentang hubungan di antara teologi suatu agama di Eropa dan Amerika Utara dengan kelahiran etos ekonomi. Pelajaran yang dapat diambil dari studi itu ialah bagaimana etos ekonomi dapat didorong dan dibangunn dalam setiap kebudayaan dengan memanfaatkan sumber daya dan nilai-nilai budaya yang ada dalam setiap masyarakat dan setiap kebudayaan. Munculnya dan berkembangnya kapitalisme di berbagai negara di Asia Timur dan Asia Tenggara menunjukkan bahwa tanpa adanya pengaruh etik Protestan di negara-negara tersebut, dapat muncul suatu spirit kapitalisme yang tidak kalah dinamisnya dari ada di Eropa atau Amerika Utara. Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Hongkong dan Singapura menjadi contoh soal yang meyakinkan bahwa tanpa persentuhan langsung dengan etik Protestan selalu ada kemungkinan untuk lahirnya spirit kapitalisme sebagaimana dibayangkan Max Weber.



Catatan: (=1=) Karena melihat kemungkinan seperti dikatakan Ignas di atas lah saya tertarik mempelajari etos berbagai etnik di Indonesia seperti etos Jawa, etos Bugis, etos Tionghoa, dan tentu saja etos Batak; (=2=) Sukses ekonomi yang berbasis nilai-nilai budaya Jepang merupakan tesis Robert Bellah dalam Tokugawa Religion: The Cultural Roots of Modern Japan (Free Press; 2nd edition, 1985). Sedangkan yang berbasis budaya Cina dan Korea misalnya masing-masing dibahas oleh Francis Fukuyama dalam Trust: The Social Virtues and The Creation of Prosperity (Free Press; First Free Press Paperback Edition, 1996) h. 83-95; dan Samuel P. Huntington (editor) dalam Culture Matters: How Values Shape Human Progress (Basic Books; New Ed edition, 2001). Introduction. h. 14-18; (=3=) Yang juga menarik dibahas justru sebaliknya: mengapa kelompok-kelompok masyarakat Protestan di Indonesia, terutama yang secara teologis menginduk kepada gereja Lutheran tempat berbagai gereja Batak berhimpun, ternyata tidak menunjukkan jejak signifikan etos Protestan yang tersohor itu?



Lalu kata Ignas menutup makalahnya:



Kita di Indonesia harus menjawab tantangan ini: apakah nilai-nilai yang mempengaruhi perilaku ekonomi kita saat ini dapat diharapkan menghidupkan spirit kapitalisme di masa depan. Atau barangkali keadaannya masih kurang beruntung karena kita sedang berhadapan dengan pilihan yang buruk antara mempersempit kemungkinan bahwa etos itu akan berkembang di masa depan, atau semakin memperbesar kemungkinan bahwa etos itu sedang mati perlahan-lahan.



Tantangan Ignas ini, tujuh tahun sebelumnya telah lebih dulu memasuki benak saya. Saat itu (1998) Indonesia sedang dilanda krisis besar bagaikan terra incognita yang terlanda gempa tektonik. Tiba-tiba saya sadar: perekonomian Indonesia ternyata tidak punya pondasi yang kuat. Akibatnya, semua strategi ekonomi tiba-tiba terasa lumpuh, kiat-kiat manajemen serasa mati, dan semua ketrampilan bisnis tampak sia-sia belaka.



Dan dalam pergulatan itu, saya teringat pada tesis Max Weber—sang penemu etos Protestan itu—yang saya baca pertama kali pada awal 1980-an. Dengan jernih saya melihat: etos bisnis lebih fundamental daripada keterampilan bisnis!



Dikatakan lain: etos itu primer sedangkan ketrampilan itu sekunder. Maka, saya pun mulai mencari-cari rumusan etos kerja yang kiranya cocok bagi Indonesia. Pengalaman saya bekerja sebagai instruktur pada Dale Carnegie Training selama sepuluh tahun segera memberi pengaruh, dalam arti, rumusan etos itu haruslah setangkup dengan prinsip-prinsip manajemen modern. Lahirlah buku etos kerja versi pertama pada 1998. Sesudah saya perkaya dengan narasi dan ilustrasi yang lebih berdaging maka lahirlah buku etos versi kedua pada 2000.



Sebagai orang yang agak terdidik dalam fisika, saya menghendaki pula agar rumusan etos kerja itu memenuhi syarat komprehensi, koherensi, dan simetri, karena demikianlah dalam fisika: rumusan matematis semua fenomena alam selalu memenuhi ketiga sayarat itu. Akhirnya, pada tahun 2005 lahirlah buku etos edisi ke-3 dengan rumusan 8 Etos Kerja Profesional sebagai berikut:

1. Kerja adalah Rahmat: Aku bekerja ikhlas penuh kebersyukuran
2. Kerja adalah Amanah: Aku bekerja benar penuh tanggungjawab
3. Kerja adalah Panggilan: Aku bekerja tuntas penuh integritas
4. Kerja adalah Aktualisasi: Aku bekerja keras penuh semangat
5. Kerja adalah Ibadah: Aku bekerja serius penuh kecintaan
6. Kerja adalah Seni: Aku bekerja cerdas penuh kreativitas
7. Kerja adalah Kehormatan: Aku bekerja tekun penuh keunggulan
8. Kerja adalah Pelayanan: Aku bekerja paripurna penuh kerendahanhati



MENEMUKAN ETOS BATAK

Kedua, seperti saya katakan sebelumnya, sejak sekitar 1998 saya mulai serius mencari-cari etos Batak. Saya membaca puluhan buku berbahasa Batak (Toba), baik pustaha, torsa-torsa, turi-turian, atau kumpulan umpasa. Namun saya bingung karena ratusan ungkapan nilai-nilai yang termuat dalam ratusan umpasa dan kisah-kisah yang memuat pengajaran, prinsip, atau pedoman hidup itu terlalu banyak, terlalu beragam, campur aduk, bahkan ada yang bertentangan. Akhirnya saya merasa lelah sendiri.



Tetapi rahmat menuntun saya menemukan Etos Batak melalui perjumpaan dengan Dr. Parakitri T. Simbolon pada tahun 2004. Sejak itu kami sering berdiskusi tentang berbagai hal, dan sejak 2006 semakin intensif dan mengerucut ke soal habatahon dan Sisingamangaraja. Saat itu kami sama sekali tidak sadar bahwa Juni 2007 adalah peringatan 100 tahun gugurnya Sisingamangaraja XII.



Nama Parakitri Simbolon menasional sejak 1976 ketika kolomnya yang terkenal, Cucu Wisnusarman, dengan teratur terbit di harian Kompas. Kolom ini sangat digemari karena ciri khasnya: cerdas, usil, dan kocak. Kumpulan kolom itu telah diterbitkan menjadi buku, terakhir oleh Penerbit Nalar, Jakarta, 2005. Sesudah meraih gelar PhD dari Vrije Universiteit te Amsterdam, Belanda (1991) Parakitri kembali menyentakkan publik dengan magnum opusnya Menjadi Indonesia (Jakarta: Penerbit Kompas, 1995) setebal 883 halaman.



Apa itu Etos Batak. Parakitri langsung memberikannya. Disebutnya Catur Sila atau Patik Naopat: parhatian sibola timbang, parninggala sibola tali; pamuro so marumbalang, parmahan so marbotahi.



Pendek, satu bait saja; puitis, indah bunyinya, dan bagus iramanya; bertenaga secara maknawi dan berenergi secara rohani. Sekaligus, inilah contoh ungkapan nilai yang komprehensif, koheren, dan simetris. Maka, hati saya langsung tergetar.



Menggunakan istilah fisika-matetematik: keempat rumusan nilai ini adalah sistem koordinat rampatan (generalized coordinates system) yang berarti: apabila kita berhasil merumuskan koordinat rampatan suatu sistem maka segala hal dalam sistem itu dapat dijelaskan sebagai fungsi dari satu atau lebih sumbu koordinatnya. Jadi, boleh saya bilang: Catur Sila adalah sila rampatan Batak. Artinya, ratusan nilai-nilai habatahon yang kita kenal sejauh ini dapat diungkapkan sebagai fungsi dari satu sila atau lebih Catur Sila di atas. Atau jika dikatakan secara berbeda: Patik Naopat on ma na boi gabe sabungan ni saluhut nilai-nilai luhur habatahon.





Berikut keterangan singkat Parakitri tentang makna Catur Sila itu. Parhatian si bola timbang (pemilik neraca yang seimbang) berarti adil seadil-adilnya. Parninggala si bola tali (pemilik bajak yang belah tali) berarti, seperti rumusan pujangga besar Pramoedya Ananta Toer: lurus sejak dari dalam. Pamuro so marumbalang (penjaga padi tanpa bandring) berarti: rugi mengusir burung pemakan padi dengan batu yang dilemparkan pake bandring, karena padi yang runtuh akan jauh lebih banyak daripada yang dimakan oleh burung. Parmahan so marbotahi (penggembala tanpa pecut). Siapa yang pernah jadi gembala kerbau seperti saya tahu hebatnya falsafah ini. Anda boleh menghabiskan separuh batang bambu ramping untuk memecut kerbau, tetapi sia-sia. Lain halnya kalau Anda membawa kerbau ke padang rumput yang hijau, lalu setelah kenyang Anda memandikannya dengan menggosok badannya bersih-bersih. Habis itu, Anda tinggal naik ke punggungnya, dan barisan kerbau akan membawa Anda pulang ke rumah, ke kandang dengan tenang dan damai.



****

Parakitri T. Simbolon

Dari mana Parakitri menemukan rumusan Etos Batak ini? Menurutnya, Patik Naopat ia peroleh dari ayahnya sendiri, seorang Pande Bolon, jabatan tertinggi Parbaringin di suatu bius. Parbaringin adalah lembaga pelaksana kebijakan-kebijakan Singamangaraja di suatu bius, yakni suatu wilayah persekutuan kurban yang bersifat teritorial. Bius tempat kelahiran Parakitri adalah Rianiate, tujuh kilometer ke arah selatan Pangururan, ibukota Kabupaten Samosir, di tengah Danau Toba.



Sebagai Pande Bolon, logis dan wajarlah ayah Parakitri mewarisi Catur Sila ini dari Sisingamangaraja. Hal itu dibenarkan Parakitri, “Setelah saya mendengar atau membaca berbagai versi ‘Tonggo-tonggo ni Parbaringin tu Sisingamangaraja” saya menduga ayah saya menyarikan Catur Sila itu dari sumber tersebut.



Bandingkan dengan versi tonggo-tonggo yang dimuat oleh Prof. Dr. W.B. Sijabat dalam bukunya Ahu Si Singamangaraja (Jakarta: Penerbit Sinar Harapan, 1982), h. 442: Hupio, hutonggo, hupangalu-alui, sahala ni Rajanta Si Singamangaraja, Singamangalompoi, Singasohalompoan […] sisulu hata na pintor, sisulu hata na geduk […] gantang pamonaran, hatian tarajuan, parbatuan sisada ihot, parninggala sibola tali, […], sirungrungi na dapot bubu, siharhari na dapot sambil, sipalua na tarbeang, sitanggali na tartali […].

Catur Sila juga juga muncul dalam deskripsi peran, perilaku, dan kualitas pribadi Sisingamangaraja dalam Pustaha Tumbaga Holing Buku I dan II karya Raja Patik Tampubolon (Jakarta: Penerbit Dian Utama dan Kerabat, 2003), h. 143:

1. Sahala Raja Batak, harajaon Singa Mangaraja; Sisingahon harajaon, di Batak sibirong mata.
2. Singa mangalompoi, singa na sohalompoan; Hatorusan ni Debata, hatorusan ni Sombaon;
3. Tanduk so suharon, mataniari so dompakon; Hatana na so jadi laosan, tonana na so jadi juaon.
4. Pangahitan di sangap, pangahitan di badia; Sihorus na gurgur, siambai na longa.
5. Paradat sijujung ni ninggor, paruhum sitingkos ni ari; Sipalua na tarbeang, sitanggali na tartali.
6. Pangidoan di gabe-gabe, pangidoan di parhorasan; Di tubu ni anak namartua dohot boru namarharatan.
7. Napitu hali malim, napitu hali solam; Sinolamhon ni Ompunta Mulajadi Nabolon.
8. Sirungrungi na dapot bubu, sitanggali na dapot sambil; Dirimbas do na geduk, diningggala sibola tali.
9. Parsolup siopat bale, parmasan sisampuludua; Pargantang tarajuan, parhatian na so ra muba.
10. Pariring-iring na so jadi lupa, partomu-tomu na so jadi ambataon; Parindahan ragia na so jadi mago, parsangsing di onan na so jadi muba.



Mengingat peran dan kedudukan Sisingamangaraja selama duabelas generasi sebagai primus interpares di tengah raja-raja lainnya di tanah Batak, wajarlah memperkirakan Etos Sisingamangaraja telah dikenal dan tersosialisasikan melalui keteladanan pribadinya.



Lebih dari itu, Sisingamangaraja sendiri juga memang aktif memberlakukan hukum dan patik habatahon dalam masyarakatnya. Bagaimana Sisingamangaraja XII memberlakukan hukum-hukumnya sebagai perwujudan Etos Sisingamangaraja di Dairi, misalnya, dicatat oleh Prof. Dr. W.B. Sidjabat pada hal. 234 buku di atas. Bukan hanya di Dairi, di mana saja pengaruh Sisingamangaraja diterima dan diakui, hal yang sama dilakukannya.



***



Dari arah yang berbeda, dalam hal ini menggunakan sejarah sebagai perkakas rekonstruksi, hal yang amat meyakinkan buat saya tentang Etos Batak ini termuat dalam makalah Parakitri berjudul Batak Toba: Tarbahensa Do Ulaning Manotas Dalan Tu Abad XXI?, yang ditulisnya untuk Seminar Adat Batak Toba, 4-5 Oktober 1997, bertempat di Wisma Taman Sari Indah, Jl. Kapten Muslim No.94, Medan. Intinya, sebagai berikut:

1. Etos Batak ialah ”sabungan nilai-nilai luhur orang Batak” yang sehari-hari tampil sebagai adat dan kebiaasan. Namun, di atas adat ada hukum, dan di atas hukum ada kepercayaan yang menjadi falsafah orang Batak. Kepercayaan utama orang Batak ialah: Ditompa Debata jolma mangarajai uhum; ditompa Debata uhum mangarajai adat. Sedangkan hukum utama orang Batak ialah ialah: Angka adat na pinungka dohot sahala ni ompunta sijolo-jolo tubu.
2. Berangkat dari prinsip ”hori narundut bahenon tu tapean, aek na litok tingkoran tu julu” maka bila kita punya masalah di tingkat pelaksanaan adat (rundut, mejemur) dan menguatnya perilaku yang kurang pas dalam masyarakat (biasa disingkat sebagai hotel: hosom, teal, elat, late; kini termasuk korupsi) namun telah membiasa dan terbiasa (di wilayah jae) maka guna memperbaikinya kita harus meninjau ke tingkat kepercayaan dan kerohanian (di wilayah julu). Untuk itulah ilmu sejarah berguna sebagai perkakas pemeriksaan.
3. Untuk menemukan kepercayaan dan kerohanian (haporseaon dohot partondion) yang melahirkan etos, adat, dan kebiasaan orang Batak yang asli itu harus diperiksa asal-usulnya sampai ke pangkalnya yang paling hulu: yaitu asal-mula orang Batak. Sebagian bisa diperoleh dari turi-turian (mitos) si Raja Batak. Namun secara ilmiah, kita masih harus bekerja keras menemukannya apakah menggunakan ilmu sejarah, antropologi, arkeologi, atau disiplin lainnya. Sejauh ini, keterangan sejarah yang ada ternyata masih kurang mampu menjelaskannya, terutama mengenai: (a) siapa sesungguhnya nenek moyang orang Batak pertama; (b) dimana mereka bermukim sebelumnya; (c) bagaimana mereka tiba di sekitar Danau Toba (Sianjur Mula-mula) pada sekitar tahun 1500-an; (d) mengapa mereka meninggalkan tempat asalnya; serta (e) bagaimana kita harus menafsirkan mitos Pusuk Buhit sekarang.
4. Parakitri menggunakan sebuah dokumen sejarah—The Suma Oriental of Tomé Pires: An Accounts of the East, from the Red Sea to Japan, written in Malacca and India in 1512-1515—yang sejauh saya ketahui belum pernah digunakan ahli mana pun untuk melacak asal-usul orang Batak. Dari analisis dan tafsiran tentang bahan ini, Parakitri menyimpulkan karakteristik partondion dan sikap mental orang Batak yang bermukim di sekitar Danau Toba di sekitar tahun 1500-an itu, adalah sebagai berikut:
1. Angka halak na barani situntun lomo ni roha manjalahi papaga na lomak do ianggo Halak Batak.
2. Angka jolma na ngilngil do nasida.
3. Ndang sijalo na masa sambing nasida, na malo padomu-domu diri.
4. Angka jolma silului dalan na imbaru do nasida, sitotas nambur, namalo jala nabisuk mangadopi hagogotan.
5. Ndang olo nasida mangunsande tu huaso ni sahalak raja bolon.
6. Dihilala nasida, ingkon adong ma patik namangatur asa tarbahen mangolu songon sada rombongan, sada masyarakat, sada bangso. Lapatanna: ingkon adong do patik na uli na sora mose, songon prinsip moral bersama.
7. On ma natarida tangkas di tonggo-tonggo ni Parbaringin, ima naginoar songon patik. Didok: parhatian si bola timbang, parninggala si bola tali; pamuro so marumbalang, parmahan so marbotahi. Ima partondion na mangolu di bagasan pambahenan ni sude Singamangaraja. Sahala harajaonna ojak nang pe ndang adong parangan, ndang adong naposona, jala ndang dipapungu balasting.
8. Jadi, ingkon boi ma nian ganup Halak Batak songon hatian na sora teleng, na satimbang. Ingkon boi tigor roha nasida songon ninggala na mamola tali. Ingkon boi dimpos eme sian amporik di juma agia pe ndang marumbalang. Jala ingkon dimpos dorbia di jampalan agia pe ndang marbotahi. Lapatanna, dimpos ngolu ndang ala ni huaso harajaon (umbalang, botahi), alai ala ni patik (sahala) sambing.
9. Jadi, tondi (sahala ima hagogoon ni tondi na tarida) hangoluon ni Halak Batak ima: bonar, tigor, dohot elek. Sian partondion nasongon ima mullop angka sahala, ima hagogoon dohot huaso laho manjalahi parngoluon na dumenggan di ganup-ganup bidang. Patik on, tondi on, mansai tangkas tarida di Dalihan Na Tolu: bonar (manat) maradophon dongan tubu, tigor (somba) maradophon hula-hula, jala elek (berbelas kasih) maradophon gelleng. Ala ndang adong be sahalak na gabe raja, na sangap, na marsahala, torus manorus, ingkon sude nama ris gabe na sangap dohot na marsahala. Asa boi songon i, pambahenan nama andosan ni sangap dohot sahala i, ndang be nasib, ndang be tohonan (gelar, arta, jabatan, pangkat). Asa tarida angka i di hangoluon siapari, tubu ma aturan adat Dalihan Na Tolu, ima na marganti-ganti ganup Halak Batak gabe dongan tubu, hula-hula, manang gelleng, asa marganti-ganti jala ris dapotan sahala. Ido alana umbahen tubu umpasa: sisoli-soli do adat, siadapari do gogo. Jadi, prinsip Dalihan Na Tolu ima ’marganti’, ndang ’lean ahu asa hulean ho’ (quid pro quo) songon na somal taantusi nuaeng on.



Parakitri menguraikan, lama-kelamaan etos atau ”partondion na jeges jala na mangolu” milik orang Batak awal itu meluntur dan memudar karena mereka hidup ratusan tahun dalam haribaan alam Danau Toba dan sekitarnya yang sentosa. Tidak ada lagi perbandingan, tidak ada lagi tantangan. Bahkan kemudian, oleh karena dua peristiwa sejarah yang signifikan, yaitu serangan kaum Padri (1824-1838) dan kekuasaan Belanda menjajah Tanah Batak yang makin kokoh sejak 1834, orang Batak sampai mengalami keterguncangan jiwa (tarmali tondi). Dan dalam kondisi tidak menguntungkan demikianlah Sisingamangarja XII tampil ke pentas sejarah.



Dari buku Prof. Dr. WB Sidjabat kita tahu, Sisingamangaraja XII, figur utama habatahon asli itu, penjaga terakhir warisan spiritual nenek moyang kita, pengemban etos luhur habatahon kita, tampil dengan gagah perkasa, tidak kenal menyerah, bahkan sampai mati di medan juang, di hutan belantara Dairi.



Sisingamangaraja XII kalah karena persenjataannya ketinggalan, bukan karena prinsipnya, tapi justru karena keluhuran prinsipnya itulah. Ia gugur karena zaman baru tidak memihaknya lagi, bukan karena etosnya, tapi justru karena keluhuran etosnya itulah: parhatian si bola timbang, parninggala si bola tali; pamuro so marumbalang, parmahan so marbotahi. Dan karena itulah kepahlawanan Sisingamangaraja XII menjadi unik dan cemerlang.



PENUTUP

1. Kata kunci Etos Batak itu (bonar, tigor, manat, elek) tampak sangat bagus dan memadai menjadi basis kehidupan pribadi, organisasi, dan sosial yang kuat dan berhasil. Bandingkan sejenak dengan The Four Noble Truths yang diajarkan Siddharta Gautama: Dukkha, Samudaya, Nirodha, Magga. Dukkha: bahwa hidup ini pada dasarnya ialah dukkha (penderitaan). Samudaya: sumber dukkha ialah keinginan menikmati kesenangan-kesenangan sensual (nafsiah). Nirodha: pengakhiran dukkha ialah dengan mengijinkan matinya keinginan tersebut secara alami dengan tidak melayaninya, tidak menginginkannya, bebas daripadanya, dan tidak bersandar padanya. Magga: cara membebaskan diri dari dukkha itu—disebut delapan jalan mulia—ialah: melihat dengan benar, berniat dengan benar, berbicara dengan benar, bertindak dengan benar, hidup dengan benar, berusaha dengan benar, berpikir dengan benar, dan bersamadi dengan benar.
2. Bandingkan pula dengan nilai-nilai utama Kekristenan: iman, pengharapan, dan kasih. Demikian pula dengan ideal Islam: agar setiap Muslim kiranya bisa menjadi insan anugerah bagi segenap alam— ”rahmatan lil alamin”— yang berkarakter mulia—”akhlakul kharimah”—sebagai khalifah Allah di Bumi. Itu berarti kerohanian dan perilaku yang adil, benar, baik, penuh rahmat dan kasih sayang.
3. Tampak bahwa Etos Batak sama sekali tidak inferior, bahkan sejalan dengan ajaran moral agama-agama utama dunia.
4. Tantangannya bagi kita sekarang ialah: (a) Bagaimana mensosialisasikan etos ini kepada seluas-luasnya masyarakat Batak; (b) Bagaimana mengungkapkannya secara Batak pula di bidang sastra, kesenian, adat, serta di bidang profesi lainnya seperti politik, hukum, perniagaan, atau pemerintahan.
5. Secara khusus, bagaimana menyinergikan Etos Batak ini dengan nilai-nilai Haislamon dohot Hakristenon sehingga ke depan Batak Islam dan Batak Kristen semakin mampu menimba vitalitas dari sumur rohani masing-masing namun semakin kompak pula sesamanya karena minum dari sumur Habatahon yang melahirkan mereka.
6. Dalam rangka inilah–di samping untuk menjawab lima pertanyaan pada awal tulisan ini–gagasan mendirikan Pusat Studi Sisingamangaraja menjadi penting. Pusat studi ini hendaknya menjadi milik publik, didanai oleh publik, terutama masyarakat Batak, dikelola oleh manajer yang ahli, berintegritas tinggi, dan bersemangat besar. Buat saya, sukses tidaknya perayaaan seratus tahun pahlawan kita ini, antara lain, ditandai dengan berdirinya pusat studi ini dalam waktu yang tidak terlalu lama.



Jakarta, 25 Mei 2007

Diperbarui, 28 Oktober 2010





BIODATA JANSEN H. SINAMO



Pria kelahiran Sidikalang, 2 Juli 1958, ini adalah putra sulung dari delapan bersaudara, dan ayah dari dua anak. Kini, Jansen Sinamo boleh jadi lebih dikenal sebagai 'Mr Ethos’ atau ‘Bapak Etos’, daripada sebagai grand master training pemegang lisensi pelatihan internasional. Bahkan, tidak sedikit yang menyebutnya ‘Guru Etos Indonesia’. Layakkah gelar besar ini disandangnya? Entahlah, sejarahlah yang akan menjawabnya. Yang jelas, dialah penggagas, pencipta, pengembang, sekaligus pengemban seminar dan pelatihan sumberdaya manusia berbasis etos yang pertama di Indonesia. Pada 1998 ia mendirikan Institut Darma Mahardika, lembaga pengembangan sumberdaya manusia dan organisasi berdasarkan 8 etos kerja profesional.



Berpendidikan fisika, dengan kekhususan fisika nuklir, ia lulus dari Institut Teknologi Bandung pada 1983. Sesudah bekerja sebagai seismic engineer selama empat tahun (1983-1986) di dua perusahaan asing bidang jasa perminyakan (Seiscom Delta dan Horizon International), setahun berikutnya (1987) ia dikontrak untuk meletakkan dasar-dasar sistem informasi manajemen pada World Vision International, sebuah LSM yang berpusat di Amerika Serikat.

Hobinya adalah membaca, mengajar, dan berceramah. Selama masa seniornya di ITB ia menjadi asisiten dosen di sejumlah matakuliah antara lain fisika dasar, fisika lanjut, dan fisika kuantum. Dengan modal sebagai asisten kuliah Etika Kristen selama tiga tahun, pada lima tahun berikutnya (1984-1989) ia dipercaya menjadi sebagai dosen luar biasa dalam mata kuliah tersebut pada Institut Teknologi Bandung.



Sesudah magang selama tiga tahun (1985-1987), pada sepuluh tahun berikutnya (1988-1987) ia menjadi instruktur pada lembaga pelatihan bisnis Dale Carnegie Training, dan sempat mengantongi lisensi internasional untuk delapan mata pelatihan. Selama empat tahun terakhir di sana (1994-1997), ia juga menjadi grand master (pelatih untuk para pelatih) Dale Carnegie untuk wilayah Asean. Dengan pengalaman Dale Carnegie inilah ia diundang jadi pengajar khusus dalam matapelatihan Negotiation and Business Presentation pada Program Magister Manajemen Institut Pertanian Bogor sebanyak sebelas angkatan (1992-1996).



Dalam kurun 1998-2001 ia dipercaya menjadi Sekretaris Umum Yayasan Perhimpunan Pencinta Danau Toba dan menjadi Ketua pada tiga tahun berikutnya. Di masa kepemimpinannya, bekerjasama dengan UNESCO, ia mengelola buletin Pesan Danau Toba yang sempat terbit sebanyak 48 edisi. Ia juga aktif dalam ikhtiar memajukan daerah asalnya, Kabupaten Dairi dan Pakpak Bharat, Sumatera Utara.



Sejak 1998 Jansen Sinamo memulai debutnya sebagai penulis. Ia menulis banyak artikel di berbagai media, terbanyak di harian Kompas. Ia juga telah menghasilkan 9 buku yaitu (1) Kepemimpinan Visioner, Kepemimpinan Kredibel (2) Strategi Adaptif Abad Ke-21 (3) Dairi: The Hidden Prosperity (4) Dampak Operasi PT IUU terhadap Lingkungan Danau Toba (5) Delapan Etos Kerja Profesional (6) Mengubah Pasir Menjadi Mutiara dan (7) Berselancar di Atas Gelombang Perubahan (8) Kafe Etos, dan (9) Etos Keguruan



Sejak 1988 itu, ratusan ribu orang dari hampir semua jenis organisasi, badan usaha, dan industri telah menikmati seminar dan pelatihannya. Sejak sepuluh tahun terakhir ia memfokuskan dirinya mendalami dan mangampanyekan 8 Etos sebagai basis dan navigator menuju keberhasilan.



Kini, selain bergiat di Institut Darma Mahardika, Jansen Sinamo terus menulis serta menjadi pembicara publik dan narasumber tetap pada jaringan Radio SmartFM, Jakarta, dan sesekali di stasiun TV.



Ia sekeluarga tinggal di daerah Jakarta Timur. Informasi lain tentang Jansen Sinamo bisa dilihat di situsnya: www.8etos.com.

Rabu, 26 Oktober 2011

Toba dan Jepang

Oleh Jansen Sinamo (Kompas, 23-04-2011)



Danau Toba termasuk tasik yang beruntung di dunia. Dipuja dan dipuji pujangga-pujangga Batak menjadi karya-karya estetik yang memperkaya jiwa, danau besar ini ikut membentuk karakter dan temperamen orang Batak.

Sungguh tak terbayangkan budaya Batak tanpa bentangan Danau Toba, sama tak terbayangkannya budaya Arab tanpa hamparan gurun pasir. Yang terkenal adalah wajah Danau Toba nan rupawan, hasil olah geologis bunda pertiwi ribuan tahun, menjadi sajian wisata modern yang memberi penghidupan. Karena kalah infrastruktur dan fasilitas sajalah, Toba tak secemerlang Bali dalam kinerja pariwisatanya.





Secara inteligensia orang Batak paling banyak berutang kepada ekologi Kawasan Danau Toba (KDT). Berjenis-jenis ikan dan biota danau beserta 123 sungai yang mengairinya telah sejak purba memberi protein cukup bagi pertumbuhan otak manusia Batak. Meski belum tersandingkan dengan otak Yahudi yang kuyup dengan Hadiah Nobel, paling tidak di kawasan Nusantara, otak Batak tidak sampai memalukan.



Adalah seorang Bisuk Siahaan, awal 1960-an, yang satu dasawarsa kemudian dipadu dengan otak Jepang bersama kapital akbar negeri Nippon itu, yang mengubah energi potensial Danau Toba yang 900 meter di atas permukaan laut itu—di stasiun PLTA Tangga dan Sigura-gura— menjadi setrum sebesar 480 megawatt. Sesungguhnya di sepanjang Sungai Asahan bisa dibangun tujuh PLTA, memproduksi hingga 1.500 MW listrik nirpolusi dan amat cukup buat seluruh Sumatera Utara.



Sejak beroperasi pada 1982, listrik hasil penerjunan tiga miliar ton setahun tirta Danau Toba itu hampir seluruhnya dipakai untuk melebur serbuk alumina menjadi batangan aluminium (ingot) di Kuala Tanjung oleh PT Inalum sebesar 250.000 ton setahun. Kini sekitar 625 juta dollar AS nilainya.



Horas buat Jepang



Pada 2013, saat total produksi ingot diperkirakan mencapai sekitar enam juta ton, Jepang sebagai pemilik utama PT Inalum (kini masih 58 persen lebih sahamnya) bolehlah pulang kampung dengan terhormat—penuh ucapan terima kasih dari Bisuk Siahaan beserta seluruh masyarakat Danau Toba—apabila sahamnya itu dibeli Pemerintah Indonesia sesuai dengan bunyi perjanjian induk usaha kongsi itu pada awalnya (1976).



Berarti hampir 40 tahun Jepang menjadi sensei industri bagi Indonesia. Eloklah Jepang pulang dielu-elukan dengan sayonara penuh perkawanan disertai tortor horas yang meriah: tanda Indonesia telah lulus dengan baik. Dan, setelah 2013 Indonesia harus mumpuni meneruskan industri itu, bahkan lebih hebat lagi: ke hulu dan ke hilir.



Ke hulu, bakal bergairah lagi industri pengolahan alumina dari bauksit yang terdapat banyak di Bintan dan Kalimantan. Dengan kebutuhan PT Inalum saja, 600.000 ton setahun, dapat dibayangkan nikmat ekonomi ke berbagai jurusan karena alumina itu diimpor saja dari Australia selama ini sudah sekitar 30 tahun.



Ke hilir, industri nasional yang berkomponen aluminium pastilah bersukacita karena ketersediaan lokal bakal melimpah.

Karena zaman lingkungan belum tiba saat pembangunannya dimulai, dalam seluruh konsep ekonomi-industri yang mencakup PLTA Asahan di tengah dan PT Inalum di hilir belum memperhitungkan sumbangan riil KDT di hulu secara proporsional. Padahal, KDT inilah sumber primordial kue listrik dan roti aluminium itu.



Belakangan KDT ditetesi juga dengan dana tanggung jawab sosial perusahaan ala kadarnya yang, antara lain, disalurkan lewat Otorita Asahan. Dana ini— dari namanya saja pun—bukanlah bentuk kepedulian yang serius terhadap kelestarian KDT: terutama hutannya, sungai-sungainya, permukaan danau itu sendiri, beserta Pulau Samosir.

Namun, kini kesadaran lingkungan sudah lanjut. Tibalah saatnya merawat KDT dengan hasilnya sendiri, yakni Sungai Asahan yang berdebit rata-rata 100 ton per detik atau lebih dari 3 miliar ton per tahun, yang nilai komersialnya gampang dihitung.



Sederhananya, PT Inalum setelah 2013 harus membayar setrum PLTA Asahan sesuai dengan tarif dasar listrik yang berlaku dan selanjutnya PLTA Asahan harus membayar tirta Danau Toba sesuai dengan harga air baku yang berlaku, seperti lazim dibeli PDAM dari sumber lokal. Dari penghasilannya inilah KDT dirawat dengan baik.



Otorita Danau Toba



Sekaligus hendak ditegaskan: era sungai gratis untuk industri komersial sudah harus diakhiri karena sungguh tak adil terhadap alam dan tidak sesuai lagi dengan roh zaman yang rawati terhadap ekologi. Untuk itulah Otorita Asahan, yang demi hukum juga berakhir masa kerjanya pada 2013, perlu ditransformasikan menjadi Otorita Danau Toba.

Dalam konsep baru ini, Otorita Danau Toba bertugas melaksanakan manajemen lingkungan komprehensif atas seluruh KDT, DAS Asahan, hingga ke Selat Malaka. Dengan demikian, seluruh KDT dapat bagus dikelola secara terpadu pada ketiga matra utamanya: ekologi, ekonomi, dan sosiokultural.



Tantangannya, bagaimana pemerintah dan semua pemangku kepentingan KDT bisa bekerja sama mengolah semua hal di atas demi keberlanjutan sinergistis kawasan tersebut bagi sebesar-besarnya kemaslahatan bangsa.



***

JANSEN SINAMO Penulis Buku Mengubah Pasir Menjadi Mutiara; Mantan Sekjen Yayasan Pencinta Danau Toba; Tinggal di Jakarta

Etos Batak: Raja Sebagai Fraktal Orang Batak

Secara kultural etos adalah alasan utama di balik keberhasilan sekelompok orang: mencakup falsafahnya, ideal-idealnya, nilai-nilai, serta prinsip-prinsip yang memandu perjuangan hidup mereka. Secara sosial etos terutama tampil sebagai habitus khusus yang mereka miliki yang menjadi pondasi keberhasilannya. Dalam kaitan ini lazim dibicarakan etos Protestan di Barat dan etos Bushido di Timur.



Sayangnya, etos Batak belum pernah dipelajari orang sebagaimana Max Weber mengkaji doktrin-doktrin Gereja Reformasi (1905) atau Robert Bellah menelaah kebajikan-kebajikan Shogunat Tokugawa (1957) yang masing-masing menjadi sumber nilai ekspresif dan normatif bagi etos Protestan dan Bushido itu.



Jadi, ketika sahabat saya Edward Tigor Siahaan jauh-jauh hari meminta agar INSPIGRAPH: BATAK PORTRAITS[1] ini saya beri penjelasan sosiokultural di bawah tajuk Etos Batak, yaitu tentang bagaimana etos orang-orang Batak yang ditampilkannya dalam buku ini masing-masing mampu secara unik meraih pencapaian yang relatif menonjol dan berkarakter, saya cukup lama berpikir-pikir.



Tetapi setahun kemudian, ketika melihat seratusan foto hasil bidikannya yang berkarakter begitu khas dan beragam sekaligus, lengkap dengan kisah-kisah singkat mereka, pikiran saya langsung menukik ke teori fraktal, yang beberapa dekade belakangan ini luas dipakai untuk menjelaskan berbagai fenomena yang acak (random), nonlinier, nondeterministik, dan kompleks.



Fraktal: Dari Matematika ke Sosiologi

Fraktal, aslinya, adalah sebuah besaran geometris berbentuk kurvatur dimana setiap bagiannya memiliki karakter yang sama pada berbagai dimensinya secara keseluruhan. Sederhananya: fraktal adalah bentuk primordial yang berulang terus menerus (rekursif) menuju tahap dan skala yang lebih besar. Dikatakan berbeda: fraktal adalah kuantitas yang memiliki sifat ‘self-similarity’ yang progresif ke berbagai penjuru dan dimensi.



Fraktal banyak digunakan untuk pemodelan struktur-struktur yang tidak beraturan seperti garis pantai, kontur pegunungan, atau hamparan awan dimana bentuk dasar yang amat mirip selalu berulang secara progresif.

Fraktal juga sering digunakan untuk menjelaskan berbagai fenomena acak seperti arus air deras dalam sungai, pembentukan jaringan syaraf dalam otak manusia, atau pembentukan galaksi di alam semesta kita.



Dengan mengetahui fraktal sebuah fenomena maka yang acak itu tidak lagi membingungkan tetapi justu kelihatan polanya yang sesungguhnya juga teratur. Dengan teknologi fraktal kita bisa menemukan keteraturan dalam keacakan bahkan menciptakan keteraturan dari keacakan.



Fraktal adalah sebuah ranting matematika: geometri fraktal namanya. Fraktal tergolong ilmu yang relatif baru, bekembang pesat sejak pertengahan 1970-an. Pengguna awalnya adalah fisika karena di alam ini gejala acak (random phenomenon) sangat banyak dijumpai seperti perubahan cuaca, peluruhan radioaktif, atau eskalasi gempa bumi. Belakangan, diikuti pula oleh kimia, biologi, dan ekonomi, misalnya dalam analisis harga saham di pasar modal karena pergerakannya yang bersifat acak.



Mestinya, teori fraktal juga dapat dipakai dalam psikologi karena tingkah laku manusia pun banyak yang acak – sembarangan, serampangan, aneh bin lucu – seperti pendekar mabok yang terkenal itu. Untuk menebak fraktal seseorang, temukanlah kata kunci utama yang selalu berulang dipakainya; itulah tema primordial hidupnya. Atau, kenalilah kelakuan khas yang terus berulang ditunjukkannya; itulah pola dasar perilakunya. Sekali Anda menemukannya, maka orang itupun termengerti.



Fraktal juga pasti cocok dipakai dalam sosiologi, karena fenomena sosial pun pada dasarnya bersifat nondeterministik, nonlinier, sarat dengan keacakan, namun memiliki karakter self-similarity. Dalam artian inilah etos Batak hendak coba ditemukan melalui kisah orang-orang Batak yang ditampilkan dalam buku ini: yaitu apakah tema bersama yang berulang pada mereka semua. Temanya memang sama (very similar) tetapi perwujudannya unik pada diri masing-masing yang secara keseluruhan menampilkan keberagaman mereka.



Fraktal Raja dalam Budaya Batak

Menurut pengamatan saya, raja adalah fraktal orang Batak. Konsep raja adalah konsep utama dalam kebudayaan Batak. Ibarat as roda, seluruh hidup orang Batak berputar mengelilingi konsep raja. Dalam struktur sosialnya semua orang Batak adalah raja: hula-hula, dongan tubu, dan boru. Dalam acara dan upacara adat Batak yang serba trilateral itu, selalu terdengar panggilan, misalnya: Raja Simanjuntak, Raja Sipahutar, Raja Situmorang. Mereka saling menyapa: raja nami atau amanta raja, sambil menyebut diri sendiri sebagai anak ni raja. Kalau bukan anak ni raja, seorang Batak pastilah anak ni hatoban.



Secara umum, raja adalah orang merdeka, yang mempunyai tanah leluhur, kampung primordial dan rumah adat (bona pasogit), di samping punya silsilah resmi (tarombo) yang bisa dirunut hingga ke leluhur perdana orang Batak, yang lazim disebut Siraja Batak.



Secara material seorang raja ditunjukkan dengan kemampuannya sebagai "parbahul-bahul na bolon, paramak so balunon, parsangkalan so mahiang" yang artinya orang yang berkelimpahan.



Inheren dalam pengertian raja adalah perilaku sosial-interpersonal yang luhur: khususnya bersikap benar dan hormat (somba), bersikap adil dan saksama (manat), serta bersikap persuasif dan berbelas kasih (elek). Dalam ruang sosiokultural Batak, ketiganya adalah perilaku utama yang dapat diterjemahkan menjadi puluhan perilaku luhur lainnya. Sering pula nilai-nilai luhur itu diungkapkan secara simbolik, misalnya: parhatian sibola timbang, parninggala sibola tali; pamuro so marumbalang, parmahan so marbotahi.



Seluruh perilaku luhur orang Batak, termasuk ketiga yang utama tadi: somba, manat, elek; sesungguhnya dapat dirangkum dan disublimasi menjadi satu saja: raja! Artinya, setiap orang Batak wajib berperilaku rajani (royal) terhadap hula-hula, dongan tubu, dan boru; termasuk dongan sahuta, bahkan terhadap semua orang. Mencuri pun, kalau terpaksa, orang Batak haruslah bersikap rajani! Istilah aslinya: tangko raja!



Jadi, meskipun dalam sejarahnya Batak tidak pernah berkerajaan seperti monarki Thailand, Inggris, atau Belanda, tetapi orang Batak sangat terobsesi menjadi raja, berperilaku rajani, dan diperlakukan secara diraja: luhur, mulia, penuh kehormatan.



Ketika semangat rajani ini berkolaborasi dengan bakat dan talenta pribadi anak-anak Batak, disertai dengan munculnya kesempatan dan peluang yang exploitable, maka lahirlah daya juang yang visioner: menjadi raja! Dan lewat proses panjang, orang-orang Batak itupun akhirnya menjadi raja asuransi, raja antropologi, atau raja fotografi. Juga tentu: menjadi raja parhata, raja parlapo, atau raja piano. Sebagian dari mereka itulah yang dipilih dan ditampilkan oleh Edward Tigor Siahaan dalam buku ini.



Karena Anda pasti mengenal sebagian raja-raja tersebut, tentulah sekarang lebih asyik membicarakan kiprah mereka. Dalam artian itulah buku ini bisa menjadi inspirasi seperti namanya: INSPIGRAPH.



Ke depan kita tentu membutuhkan lahirnya sejuta raja Batak lainnya: raja tambal ban, raja minyak, raja koran, raja kayu, raja kapal, raja sawit, raja khotbah, raja politik, raja pemborong, raja bondar, raja rengge-rengge, raja panurat, raja panuturi, dan sebagainya dan seterusnya; tidak hanya pada tingkat lokal, tetapi nasional bahkan internasional. Mengapa tidak?



Maka saya mengajak Anda mengucapkan selamat kepada raja fotografi kita: Edward Tigor Siahaan, yang selain memiliki ide orisinil tentang buku ini, juga punya kompetensi yang optima dan stamina yang prima mewujudkannya. Semoga seluas mungkin orang Batak mendapat inspirasi dari buku ini sehingga raja-raja baru dari Batak segera lahir.



------------------

[1] Buku ini menampilkan seratusan foto orang Batak yang menurut sang fotografer adalah figur-figur yang berhasil dalam masyarakat, mempunyai penampilan fotografis yang berkarakter, berwarna, dan bersosok khas. Buku ini diniatkannya sebagai bagian dari dokumentasi dan selebrasi menyambut 150 tahun Kekristenan mewarnai Tanah Batak (1861-2011).

majalah guru profesional TEACHERS GUIDE

skip to main | skip to sidebar
majalah guru profesional TEACHERS GUIDE

media pendidikan untuk guru, kepala sekolah, yayasan sekolah, pendidik, dan sekolah. Alamat Redaksi sebelumnya di Jati Padang V No. 10, Pasar Minggu-Jakarta Selatan telah pindah ke alamat baru: Kompleks Mutiara Duta Blok F.No6, Sukmajaya, DEPOK. Berlangganan, Telp.(021)68458569, 081282422801. Fax. (021) 8714846. Pembayaran via Rek BCA cab. Depok, No. 8690560861 a/n Arfi Destianti. Harga per eksp.Rp. 20.000,-, Langganan 6 edisi Rp.120.000,- di luar Jabodetabek ditambahkan ongkos kirim.

Menampilkan 14 dari 25 entri terbaru dari Oktober 2010. Tampilkan entri lawas
Menampilkan 14 dari 25 entri terbaru dari Oktober 2010. Tampilkan entri lawas
Oktober 30, 2010
Manipulatives From A to Z
Lesson
Quick Ideas for Grades 1-2
Math Practice

Aces Never throw away a deck of playing cards. They have dozens of math applications: counting, sorting, probablility, and card –house engineering, just to name a few.
Bolts Stock up at the hardware store. Nuts, bolts, and screws are perfect for counting, weighing, and sorting.
CDS Save the free ones you get in the mail. Trace for perfect circles, or challenge kids to create a giant, symmetrical design for your bulletin board.
Drums Play various beats and talk about rhytm, counting, and patterns. (Make your own by stretching a balloon across an oatmeal canister.)
Eye Charts Measure and count the letters. You can also measure the distances from which kids can read the different lines on the chart.
Flashlights have kids bring one from home. Then turn off the lights and play with shadows. Talk about symmetry and shape.
Google FYI, this popular search engine as also a calculator. Enter a problem (such as 5+7) into the search field and the answer pops up.
Holograms Pick Up one or two hologram postcards and use them as a starting place to talk about 2-D and 3-D
Ice Cube Trays use for sorting small objects, measuring, or counting by 2s (have kids put a bean in every other slot).
Junk Mail Try catalog math.Invite kids to calculate various purchases. Or host an engineering challenge –who can build the strongest bridge from credit card offers?
Kisses (the chocolate kind). Not for every day, but a fun valentine’s day treat. Estimate how many are in jar, or do some nutrition math.
Lunch Trays Borrow some from your cafeteria. Then use them as a surface to create simple graphs with string and counters.
Magic Eight Ball A fun way to talk about probability. How wmany possible answers are there? How many are ‘good’ answers/ how many are ‘bad?’
Notebooks Invite kids to keep math journals -a place to work out their thinking and keep track of what they find interesting and confusing.
Origami paper this stuff is bright, colorful, and cheap –and a great way to talk about 2-D and 3-D shapes, folding, and symmetry.
Phones Bring in an old cell, handheld, or even rotary phone. Put it in your math center and invite kids to practice writing and dialing phone numbers.
Q-Tips Use a cheap, disposable paintbrushes. Write math problems using invisible ink.
Race Cars Invite kids to bring in toy cars from home. See how far they can go with a gentle push. How many red cars do students own? Blue? Green?
Stamps Cut canceled ones off your mail. Sort by colour and shape, or add up how much they all cost together.
Toilet Paper Tubes You’re probably already saving these. Use them to talk cylinders or as sorting containers.
Utensils Plastic silverware, potato mashers, and other kitchen gizmos make for great pointers and fun tools for your math center.
Vegetables Sugary treats are so last century. Count tomato seeds or weigh grees beans. Edamame (soybeans) are perfect counters.
Wooden Blocks Endless opportunities here: who can built the tallest tower? How many blocks tall is the teacher? How much dose a block weigh?
X-rays Doctors and hospitals are often willing to donate old films. Count those ribs and measure that ulna!
Yarn Love those craft store teachers discounts. Use yarn as a flexible ruler. Weave on a cardboard loom and make patterns. Glue onto paper to make shapes or numbers.
Ziti Pasta shapes equal hours of math learning. Make patterned necklaces, measure and pour,or build noodle sculptures. TG

Hannah Trierweiler
Sources: Instructor, Scholastic, Jan/Feb 08,p. 57
0 komentar
Label: lesson, matematika.
Sejarah? “Bosan Ah!”
Gunakan Audio Visual, Siswa akan Bergairah

Saat mendengar kata ‘sejarah’, terbayang kebosanan, apalagi jika pelajaran tersebut disampaikan secara monoton pada jam-jam terakhir menjelang pulang sekolah. Sebagai Guru sejarah, apa yang harus kita perbuat menjumpai sikap para siswa yang tidak suka pelajaran yang akan kita bawakan?

Bukan tanpa sebab jika pelajaran sejarah diberi anggapan menjemukan, kuno, tidak penting, dan tak ada korelasinya dengan ilmu pengetahuan serta teknologi terbaru. Sejarah membosankan karena cara penyampaian materi yang monoton, bercerita saja, dan diskusi interaktif siswa tidak dapat terbangun.

Keadaan itu diperparah jarangnya kompetisi sejarah antar sekolah, serta sedikitnya minat siswa untuk membaca buku-buku sejarah di perpustakaan. Tak terdengar ‘Olimpiade Sejarah’ sebagaimana Olimpiade Fisika. Minat siswa meneliti pun belum tumbuh. Siswa apriori, karena pelajaran ini tak diujikan secara nasional.

Empat belas tahun yang lalu, di masa awal mengabdi sebagai guru sejarah pada SMA Don Bosko Semarang, saya mengalami krisis percaya diri saat akan menyampaikan materi di depan para siswa.

Semangat baru mulai muncul, karena perkenalan saya dengan OHP dan komputer. Pelajaran sejarah jadi menarik, ketika saya menyajikannya dalam bentuk audio visual. Tayangan visual situs-situs kerajaan Hindu dalam bentuk candi sangat mengundang rasa penasaran siswa. Beberapa bagian relief candi yang terkesan melanggar UU pornografi dan pornoaksi, sah-sah saja dijadikan media belajar.

Banyak siswa terlihat aktif dan antusias bertanya. Saya senang, materi pelajaran terserap dengan baik. Gambar patung, relief atau lukisan di masa lalu ternyata lebih mudah dipahami ketimbang melalui membaca buku sejarah saja. Film animasi tentang evolusi manusia, pola hidup jaman prasejarah dan awal peradaban umat manusia ternyata sangat membantu proses pemahaman. Sejarah yang semula begitu abstrak, menjadi jelas, karena disajikan secara konkrit.

Tradisi sekaten, grebeg Syawal, dan Grebeg Maulud di Yogyakarta dan Surakarta dalam bentuk CD bisa digunakan untuk menjelaskan sejarah perkembangan Islam di Indonesia. Begitu pula dengan film dokumenter tentang pergerakan nasional, Proklamasi RI, revolusi fisik, peristiwa Malari sampai gerakan reformasi dapat dipakai untuk menjelaskan sejarah Indonesia secara lengkap.

Saya sudah membuktikannya, dalam wujud peningkatan prestasi siswa hingga menjadi juara 2 dalam Kompetisi Sejarah antar SMA se-Karesidenan Semarang yang diadakan di UNNES pada tahun 2008 lalu.

APA yang HARUS DILAKUKAN?

• Manfaatkan internet untuk mencari gambar-gambar situs sejarah, ataupun film-film animasi tentang evolusi manusia. Gunakan gambar atau film dalam bentuk tayangan untuk melengkapi materi yang dibuat dalam bentuk “power point”.
• Jelaskan materi secara singkat. Biarkan para siswa mengamati tayangan lebih lama, dan berilah keleluasaan untuk bertanya pada guru.
• Ciptakan situasi belajar dalam bentuk diskusi informatif. Kembangkan komunikasi timbal balik yang seimbang. Guru jangan ceramah.
• Konsisten memberikan catatan dan nilai yang transparan bagi siswa. Obyektifitas harus dijunjung tinggi.
• Ciptakan relasi akrab dengan siswa. Jadilah pendengar yang baik. Jangan lupa berilah senyuman dan sapaan yang baik, sebelum maupun sesudah mengajar.

Sejarah adalah pelajaran tentang aktifitas manusia di masa lalu, yang hanya dapat dihadirkan kembali secara jelas dalam bentuk dokumen dan situs. Siswa akan mampu memahami jika guru mampu menghadirkan dokumen dan situs sejarah dalam bentuk tayangan audio visual.TG

Penulis: Anna Marlupi
Guru SMA Don Bosco, Semarang
Pemenang Lomba penulisan, pada pelatihan Literasi untuk Guru, Menjadi Guru yang Gemar Menulis
0 komentar
Label: Anna Marlupi SMA Don Bosco Semarang, audio visual, lesson, sejarah
Ide Pembelajaran Komunikasi (English)
Lesson

1. Uncle Bob's Hamster

Mata ajar : Bahasa Inggris
Judul : Uncle Bob’s Hamster
Unsur kebahasaan: penggunaan adjectives/kosakata
Ketrampilan : berbicara/menulis
Lingkup kebahasaan: binatang

Katakan pada siswa, bahwa Anda mempunyai seorang paman yang bernama Bob. Paman Bob memiliki seekor hamster. Siswa diminta mendiskripsikan hamster tersebut dengan cara menulis kalimat dengan menggunkana kata sifat yang paling cocok. Boleh menghadirkan seekor hamster ke kelas agar lebih kontekstual. Tantangan dapat ditambah dengan cara mengatakan pada siswa, bahwa huruf pertama dari tiap kata sifat harus berbeda dan mengikuti alphabet.

Tulis kalimat pertama: Uncle Bob’s hamster is angry di papan tulis.

Tunjukkan kata angry dimulai dari a, seterusnya siswa bergiliran mencari kata sifat yang sesuai.

Uncle Bob’s hamster is big, cute,dan seterusnya. Tentukan batasan waktu agar siswa dapat menjawab dengan cepat.

Kegiatan ini dapat dipermudah dengan menyediakan daftar kata sifat tapi tidak ditulis secara urut abjad. TG

2.PASS the BALL
Unsur kebahasaan: tata bahasa/kosakata
Ketrampilan : berbicara
Media : tape recorder, kaset, bola.

Cara bermain:
1.Mainkan musik
2.Siswa mengoper bola kepada siswa sebelahnya. Bisa dalam lingkaran atau tetap di bangku duduk.
3.Ketika musik berhenti, siswa yang memegang bola harus menjawab pertanyaan atau berbicara tentang sebuah gambar
4.Jika siswa tak ingin manjawab, katakan ‘pass’
5.Ketika musik mulai lagi, bola terus diputar
6.Sesekali bisa katakan ‘change/ganti’. Bila akan berputar arah

Guru bisa mengajarkan ‘benda-benda di sekitar sekolah’ (things around the school). Tunjukkan beberapa gambar sekolah lengkap dengan ruangan dan benda-benda yang relevan. Kelas dapat dibagi dalam beberapa kelompok, agar semua mendapat giliran lebih banyak.TG

Sumber:
Asyik Belajar dengan PAKEM Bahasa Inggris. UNICEF.
0 komentar
Oktober 29, 2010
Spelling Bee, AGAR TAK SEKEDAR BERGUMAM SEPERTI LEBAH
Lesson



‘stewardess’
‘what’s the definition?’
‘a person who serves passengers on aship, plane, etc’
‘es- ti- i - double yu – e – ar – di – i– double s’ eja seorang anak usia SD kelas 6, dengan fasih dan dialek bagus seperti native speaker.

‘That’s correct’ balas Ms. Chacha sang juri yang segera memberi kata berikutnya. Jika ada yang tak jelas, peserta akan meminta definisi atau petunjuk. Jika tetap tak bisa, disarankan mengatakan ‘pass’, agar tak di-delete.

Sejumlah anak bisa menembus di atas 15 kata, meski ada yang hanya mampu 3 kata langsung gugur. Ya, itulah pertandingan kecepatan, ketepatan pendengaran, dan wawasan serta perbendaharaan kata dalam bahasa Inggris yang dinamakan spelling bee.

Ernesto Aryo, direktur The Future yang baru saja menggelar kompetisi antar siswa SD, mengatakan bahwa spelling bee ini merupakan cara belajar yang fun, untuk memberi stimulasi pada anak bahwa belajar bahasa Inggris itu menyenangkan. Spelling bee ini kan salah satu bentuk games.

Mengapa Bee?
“Dalam bahasa Inggris, bee itu menggumam …emmm…..emmmm….. Kumbang itu kan bergumam. ‘mmmmm…mmmmm….. Nah, spelling bee menajamkan spelling, mengeja huruf, pemahaman kata, yang harus diucapkan, dilafalkan, bukan digumamkan!”, jelas Pak Aryo yang pernah tinggal di luar negeri dan mengikuti perkembangan spelling bee.
Apa yang dicari dan diunggulkan pada spelling bee?

“Ini yang paling cocok untuk siswa SD. Kalau siswa SMP sudah bisa dengan cara debat. Mengenalkan kata dalam bahasa inggris yang agak berat. Masing masing ada temanya. Ada house, body. Kalau mereka teliti, pasti ada satu set yang setema. Tapi ini bisa beda-beda di tempat lain.

“Kalau di Indonesia, ini cocok, karena bisa mendorong anak belajar bahasa Inggris lebih fun. Ini kan fun learning. Bahasa itu juga bakat. Setiap skill itu menurut saya bakat. Ada seorang murid, yang berkali-kali, repeat, ngulang pass, repeat, pass. Tapi sampai intermediate 4, akhirnya stuck sampai di situ. Dia tak tahu apa-apa. Untuk anak seperti ini, bahasa menjadi tak menyenangkan. Bisa sih bisa. Tapi tak terlalu berkembang.”

Apa manfaatnya?
“Keberanian maju. Lantas berani bicara. Ujungnya public speaking. Di Indonesia ini akan lebih berguna.”

Bagaimana supaya jangan jadi drilling?
“Spelling bee murni pengenalan kata yang berbeda dengan yang dipelajari di sekolah. Caranya adalah dengan memperbanyak membaca. Ya, membaca! Membaca sangat mengembangkan segalanya. Perbendaharaan kata, grammer. Buku buku yang ringan saja,” lanjut Pak Aryo



Di Amerika sangat menonjol ya?
“Sangat! Dikompetisikan secara nasional dan dinikmati oleh berbagai kalangan. Yang menang, biasanya bukan dari warga negara Amerika asli, kebanyakan orang kulit hitam, China, dan India. Dan kata yang dilombakan sungguh kata yang tak biasa. Kesulitan tingkat tinggi. Kemampuan mereka untuk meminta clue atau petunjuk arti kata yang dilontarkan sang juri tergantung kecerdasan berbahasa atau kompetensi berbahasa. Kita masih ketinggalan dibanding Singapura atau Malaysia.”

Coba simak film "Akeelah and the Bee".
Alkisah, ada seorang gadis kulit hitam, Akeelah Anderson. Diperankan oleh Keke Palmer. Film ini memberikan gambaran, betapa Spelling Bee di Amerika menjadi perlombaan yang diapresiasi dan menjadi kenikmatan para penonton, mirip suporter futsal. Yang sangat menarik disimak adalah cara guru mengajar dan memberi motivasi. Luar biasa.

Akeelah semula gadis yang menarik diri akibat pola asuh single parent yang mendominasi kehidupannya. Sang ibu yang tak menyetujui anaknya mengikuti kontes, belakangan baru mengaku bahwa alasannya tak tega dan tak ingin melihat putrinya kalah dan mengalami kesedihan.

Pak Larabee mengajarnya dengan cara yang sangat hebat. Lompat tali, tetabuhan, dan mengajak membaca bersama. Tak heran jika Akeelah dan peserta kompetisi lain mampu menggali definisi kata yang dimaksud, sebelum mulai mengeja. “Logorrhea ….”. Di kamus Longman saja tak bisa kita temukan.

Sering terlihat, guru di sekolah-sekolah kita mengajar spelling bee dengan cara konvensional. Drilling dan dihafal. Mestinya diganung dengan cara telaah makna kata. Dan itu tadi, membaca!TG

Tulisan ini diterbitkan dalam Majalah Teachers Guide edisi No. 10/Tahun ke IV/ 2010. Dapatkan di counter Gramedia/Gunung Agung, atau di komunitas-komunitas guru. Kehabisan? Hubungi Sirkulasi di 0812 824 22801, atau di Fleksi (021) 684 58569. Terima kasih.
1 komentar
Label: Ernesto Aryo, lesson, Spelling Bee, The Future kursus bahasa Inggris di Depok
SOAL MATEMATIKA YANG ANEH (1)
Lesson


“Janganlah menganggap bahwa
satu-satunya fungsi puzzle
hanyalah untuk kesenangan.
Puzzle adalah sebuah cara belajar matematika.
Bahkan, cara yang terbaik.”
MARTIN GARDNER

“Pada suatu hari berlabuhlah kapal besar di dermaga pelabuhan. Tinggi kapal itu 20 meter. Hari itu turun hujan lebat. Ternyata air setiap 1 jam naik 0,5 meter. Berapa jamkah kapal itu akan tenggelam?”

Secepat kilat soal ini dijawab oleh beberapa rekan guru di sesi training saya. Sebagian besar guru menjawab kapal akan tenggelam dalam waktu 40 jam. Alasannya adalah karena air setiap jam naik 0,5 meter, maka selama 40 jam air akan setinggi 20 meter (40 jam x 0,5 meter). Itu artinya, kapal akan tenggelam.

Namun, ada juga guru yang memberikan jawaban seperti ini, “Kapal itu tidak akan tenggelam. Jika air laut naik, maka kapal pun akan ikut terangkat naik. Artinya, posisi kapal akan selalu berada di atas permukaan air tak peduli berapa pun ketinggian air akan naik setiap jamnya.” Bagaimana menurut Anda?

Soal selanjutnya saya berikan seperti ini, “1.384 + 793 = …” Tak lebih dari 15 detik, serempak semua guru menjawab “ 2.177 ”.

Tetapi, apa yang terjadi ketika saya memberikan soal berikut ini.
Maaf gambar tak dapat diplacement.)

Tak ada lagi koor serempak untuk menjawab soal ini. Bahkan, mereka langsung berinisiatif sendiri untuk saling berdiskusi membahas soal tersebut. Anda punya cara sendiri untuk memecahkan soal ini?

Ada juga soal lainnya: “Tiga orang bersaudara mendapat surat wasiat pembagian harta peninggalan 17 ekor sapi yang hanya berupa surat. Isi surat begini: Si sulung harus mendapat bagian setengah. Si tengah mendapat bagian sepertiga. Si bungsu mendapat bagian sepersembilan. Sapi harus dalam keadaan hidup dan tidak boleh dijual dulu. Harta warisan lain, dibagi sama rata.”

Pada pembagian 17 ekor sapi itu, terjadi pertengkaran lantaran sapi tak boleh dipotong. Karena tidak menemukan akal cara membagi, mereka pun ke pengadilan. Ternyata, pengadilan pun tak mampu.

Alkisah, muncullah seorang yang terkenal pandai di desanya. Setelah membaca isi surat wasiat itu, dia dapat membaginya secara adil sesuai wasiat. Apa kira-kira yang dilakukan si pandai memecahkan warisan itu?

Nah, kegelian luar biasa terjadi ketika ada seorang guru yang bisa menyelesaikan soal tersebut dalam waktu kurang 10 detik. Dengan pe-de beliau langsung menjawab, “Si sulung dapat bagian 8,5 ekor sapi, si tengah dapat bagian 5,7 ekor sapi, si bungsu dapat bagian 1,9 ekor sapi.”

Saya langsung bertanya, “Bisakah ditunjukkan 5,7 ekor sapi itu seperti apa? Bukankah akan berselisih jika pembagiannya seperti itu".

Guru tersebut langsung tersenyum sambil spontan berkata, “Eh iya, 5,7 ekor sapi seperti apa ya?”

Anda punya solusi untuk memecahkan soal ini?

Terakhir, saya berikan kasus seperti ini. “Pak Ahmad dan Pak Amin bertetangga baik. Suatu hari Pak Ahmad hendak ke kota membeli susu, 4 liter. Karena tak punya botol susu besar, dia meminjam milik Pak Amin. Rupanya, pak Ahmad pun mau membeli susu 4 liter juga, minta tolong sekalian dibelikan. Di pasar, susu 8 liter itu pun di satukan dalam satu wadah, karena ada tempat lain. Sesampai di rumah pak Amin, ternyata wadah penyimpan tersedia tiga kaleng dengan ukuran berbeda: 8 liter, 5 liter, dan 3 liter. Apa kiat Pak Ahmad, agar dapat menakar 4 liter susu kepunyaannya dengan menggunakan 3 kaleng itu?”

Soal yang aneh. Itulah komentar beberapa guru yang menjawab. Benarkah soal matematika ini memang aneh? Apakah soal ini dapat melatih keterampilan berpikir kritis -logis siswa? Nantikan jawabannya di edisi mendatang.



Asep Sapa’at
Trainer Pendidikan
Lembaga Pengembangan Insani - Dompet Dhufa







Tulisan ini diterbitkan dalam Majalah Teachers Guide edisi No. 10/Tahun ke IV/ 2010. Dapatkan di counter Gramedia/Gunung Agung, atau di komunitas-komunitas guru. Kehabisan? Hubungi Sirkulasi di 0812 824 22801, atau di Fleksi (021) 684 58569. Terima kasih.
0 komentar
Label: Asep Sapa'at, Lembaga Pengembangan Insani - Dompet Dhuafa, lesson, lesson matematika yang aneh
Pembelajaran Kontekstual, Pembelajaran (yang) Sebenarnya
Lesson


Pembelajaran Kontekstual (contextual teaching & learning) seharusnya benar-benar menjadi falsafah bagi para Guru. Bagaimana agar materi budi pekerti dan matematika kontekstual? Seperti apa metoda pembelajaran kontekstual dapat masuk (terintegrasi) dalam semua materi pembelajaran, seperti matematika, sosial, agama, seni, atau olahraga?

Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang membantu guru mengaitkan konsep dengan kehidupan nyata, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuannya dan penerapan sehari-hari.

Guru terkadang berpikir instan, mengenalkan rumus tanpa dikaitkan dengan konteks sehari-hari. Cara instan ini ‘menyebalkan’, membuat pusing dan bingung saat harus menemukan strategi dan solusi pemecahan masalah. Lupa harus menggunakan rumus yang mana.

PINTAR MATEMATIKA & SOPAN SANTUN
Materi character building (budi pekerti) kini hangat diangkat kembali untuk melihat perkembangan paradigma pendidikan. Dulu, konten budi pekerti bermuara pada pelajaran Pendidikan Moral Pancasila. Kini, disatukan dengan materi studi sosial/ilsos (ilmu sosial) yang di dalamnya terdapat Pendidikan Kewarganegaraan dan Ilmu Pengetahuan Sosial. Dipisah atau diintegrasikan akan tetap bermakna jika diaplikasikan dengan metode dan strategi yang efektif dan menantang.

Keteladanan adalah pilar yang utama di samping pembelajaran dan pembiasaan. Melalui studi kasus, games, nonton film, ditemukan strategi pembelajaran yang menarik. Keteladanan menggunakan magic words seperti terima kasih, permisi, maaf, dan perlu bantuan - dapat menjadi contoh bagi siswa jika Guru konsisten menerapkannya.

Pada suatu kesempatan pelatihan Guru (yang diadakan di Semut-Semut the Natural School), diberikan beberapa contoh permainan, yang sarat dengan pembelajaran budi pekerti.

1.Permainan menemukan alas kaki/sepatu:

Media: kertas bekas dipotong kecil, alat tulis, wadah (tempat)

Cara Kerja:
Guru diminta memperhatikan alas kaki atau sepatu yang dikenakan rekan sejawat. Tuliskan nama masing-masing di secarik kerta, kumpulkan dalam satu wadah. Setelah itu wadah berisi nama-nama Guru itu diedarkan kembali. Tiap Guru mengambil kertas bertuliskan nama orang lain. Dalam hitungan tertentu Guru sudah kembali ke ruangan dengan membawa sepatu sesuai nama yang tercantum. Instruksinya: “Kembalikan sepatu milik teman!”

Beragam ekspresi tampak. Ada yang memberikan dengan hanya berkata “Nih punya mu! sambil dilempar); Ini betul kan sepatumu? Eh… salah ya, ahh… kucari lagi ya!” Sedang si penerima mengatakan: “ Ya ya… ini sepatu baruku; Haa..haa.ha.., enak juga ada yang ngambilin sepatu gua!” …

Guru belum sadar, bahwa instruksi ini sesungguhnya akan melihat sejauh mana cara memberi dan menerima barang dari orang lain.

Kasih sayang dan kesantunan diusung. Saat memberikan dan menerima alas kaki, pemberi dan penerima seharusnya menerapkan magic word: tolong, permisi, maaf, terima kasih. Pesan moral dari permainan ini adalah menunjukkan arti kepedulian terhadap orang lain, kompak, dan menghargai perbedaan.

2.Permainan membentuk kelompok dengan kriteria ukuran (sepatu, baju, umur, berat)

Guru diminta berkelompok @ 5 orang dengan kriteria ukuran tertentu, misalnya ukuran sepatu yang sama, baju, tahun kelahiran, dan lain-lain. Setelah terbentuk, kelompok lain diminta menebak kriteria yang digunakan kelompok lain.
Kegiatan ini membantu memupuk nilai kerjasama, persamaan dalam perbedaan, silaturrahim melalui komunikasi, dan kasih sayang.

3.Permainan saling bertelepon antar teman dalam satu kelompok
Masih dalam kelompok, guru diminta menelpon teman. Kegiatan ini diarahkan pada pembelajaran sikap menghargai pada orang lain, yakni saat fasilitator sedang berbicara, hendaknya tidak mengaktifkan telepon seluler. Cara bicara mengajarkan berkomunikasi dengan santun.

4.Permainan kucing dan tikus
Media: tali plastik dibentuk lingkaran berukuran besar dan kecil
Cara: Ingat cara bermain kucing dan tikus? Biasanya kucing menangkap tikus dengan berlari secepat mungkin. Kucing di luar lingkaran berusaha menerobos ke dalam lingkaran menangkap tikus.

Tapi permainan kali ini berbeda. Tali berukuran besar diumpamakan kucing, dan tali lebih kecil sebagai tikus. Instruktur memberi tali berukuran kecil. Lalu peserta tersebut dengan cepat memasukan dari kepala dan mengeluarkan melalui kaki, digeser ke peserta sebelahnya, demikian bergantian.

Kira-kira sudah lewat 2 peserta, instruktur memberikan peserta pertama tadi tali berukuran besar (kucing) dengan proses sama serta berusaha mengejar tali ukuran kecil (tikus). Jika ada peserta mendapatkan 2 jenis tali, maka keluar dari lingkaran. Jumlah tali bisa ditambah sesuai jumlah peserta dengan perbandingan sama antara ukuran besar = ukuran kecil.

Kegiatan ini ditujukan pada penanaman nilai-nilai strategi yang tepat, sportivitas, dan cekatan.


Contoh pembelajaran kontekstual pada materi matematika yang diintegrasikan dengan budi pekerti.

• Perkalian (minum obat, saat makan, dan rencana membeli sesuatu)
Perkalian dekat dengan siswa. Ketika minum obat, tertulis di resep 3 x 1 sendok makan, berarti diminum pagi, siang, dan malam, masing-masing 1 sendok makan. Nilai yang diusung adalah disiplin diri. Mengapa? Jika salah dosis bisa berakibat buruk bukan?

• Menghitung keliling kebun atau rute lari saat materi olah raga
Menghitung keliling bangun di samping bukan dengan cara dijumlahkan satu persatu
(masing-masing bangun datar dihitung kelilingnya lalu dijumlahkan – keliling bangun 1 + bangun 2 + bangun 3).
Kontekstual pembelajaran berarti hitung dengan cara mengukur sisi luar yang ada.

• Memahami perbedaan isi dan volume air minum mineral. Mengapa isi air minum dalam botol tidak penuh (masih ada ruang kosong sedikit)?

• Mengaitkan isi air botol mineral yang berbeda ukuran (600 ml, 800 ml, 1.500 ml) pada benda/ produk lain yang sama satuannya (menggunakan satuan liter) seperti minyak tanah, bensin, shampoo, produk kecantikan, dll. Lalu diarahkan pada konversi satuan atau perubahan dan tingkatannya. 1 liter air = 1000 ml air

• Menemukan benda atau produk yang menggunakan satuan kg, ons, ½, ¼, km, meter, hektar/are, dalam kehidupan sehari-hari:
Kg = telur, padi, beras, tepung, udang, kambing, …
Kg/ons = ikan teri, bumbu dapur, sayuran, …
Km = kecepatan kendaraan, jarak, skala,…
Meter = ubin, asbes, batu bata, genting, tanah, bahan pakaian, kabel, tambang, …
Are = tanah, kebun, sawah,

• Perbedaan 1 kg kapas dengan 1 kg pasir. Sama berat tetapi berbeda muatan (banyaknya)
• Berbagi roti, kue tart, cokelat sebagai pembelajaran pecahan
• Berbelanja dengan potongan kertas dari swalayan dan diestimasikan dengan keuangan serta presentasi diskon belanja

• Pergi dan mencatat perubahan, urutan, dan perbandingan pada bilangan desimal ketika mengisi BBM (bahan bakar minyak) di POM bensin

Ada beberapa kesimpulan yang penulis sarikan dari pembelajaran kontekstual.
• Real World Learning (pengalaman nyata)
• Dekat dengan kehidupan nyata
• Berpikir tingkat tinggi
• Berpusat pada siswa
• Siswa aktif, kritis, dan kreatif
• Siswa praktek, bukan mengkhayal
• Pengetahuan bermakna dalam kehidupan
• Perubahan perilaku
• Learning, bukan teaching ; pendidikan (education), bukan pengajaran (instruction)
• Pembentukan ‘manusia’ (sejalan dengan teori Multiple intelligences)
• Memecahkan masalah
• Siswa ‘akting’ guru mengarahkan
• Hasil belajar diukur dengan berbagai cara, bukan hanya dengan tes

Box
Urutan belajar:

1.Activating knowledge
2.Acquiring knowledge
3.Understanding knowledge
4.Applying knowledge
5.Reflecting knowledge

7 komponen CTL (Contextual Teaching & Learning)
1.Konstruktivisme
2.Menemukan
3.Bertanya
4.Masyarakat pembelajar
5.Pemodelan
6.Refleksi
7.Authentic assessment

Karakteristik pembelajaran CTL
1.Kerjasama
2.Saling menunjang
3.Menyenangkan, tak membosankan
4.Belajar dengan bergairah
5.Siswa aktif
6.Share dengan teman
7.Pembelajaran terintegrasi
8.Menggunakan berbagai sumber
9.Siswa kritis guru kreatif dan inovatif
10.Dinding kelas dan lorong penuh hasil karya siswa
11.Laporan pada orang tua
12.Portofolio siswa

Penulis: Mulyana
Disarikan dari pelatihan matematika oleh Ibu Nina Anggerina
RAKER Guru Semut-Semut The Natural School

Tulisan ini diterbitkan dalam Majalah Teachers Guide edisi No. 10/Tahun ke IV/ 2010. Dapatkan di counter Gramedia/Gunung Agung, atau di komunitas-komunitas guru. Kehabisan? Hubungi Sirkulasi di 0812 824 22801, atau di Fleksi (021) 684 58569. Terima kasih.
0 komentar
Label: contextual teaching and learning, lesson, Mulyana, Nina Anggerina, Pembelajaran Kontekstual, Raker Guru Semut-Semut The Natural School
Ice Breaking Persiapan UASBN dan UN
INSPIRING


Setiyo ‘Trainer Berhonor 2 M’ Iswoyo *)

Dalam menghadapi UASBN atau UN, berbagai persiapan dilakukan. Mulai dari training motivasi, dzikir bersama, muhasabah (renungan), try out, bimbingan belajar dan latihan soal yang biasa dilakukan secara intensif pada semester akhir kelas 6, 9 dan 12.

Biasanya, program pengayaan dilakukan setelah selesai jam sekolah atau setidaknya pada siang hari. Siswa cenderung kehabisan energy. Perlu pengkondisian utuk melibatkan mereka. Lakukan teknik ice breaking!

CONTOH ICE BREAKING
TES 7 MENIT

a. Waktu : 7 menit
b. Alat dan bahan : Lembar soal sebagaimana contoh di bawah
c. Aturan main : Mintalah siswa mengerjakan soal dengan cermat

Lembar Soal :
Tes 7 menit
Baca dengan baik dan seksama seluruh pertanyaan di bawah ini SEBELUM mulai menjawab. Waktu mengerjakan soal 7 menit. Peserta yang paling cepat dan benar dalam menjawab akan mendapatkan penghargaan.
Jawaban dituliskan di balik lembar soal.

1. Tuliskan nama di bagian kanan bawah
2. Tuliskan tanggal lahir di sebelah kiri atas dan beri lingkaran
3. Tuliskan alamat rumah di tengah kertas, tulis dengan HURUF BESAR
4. Tuliskan 2 nama guru yang favorit
5. Tuliskan mata pelajaran yang disenangi
6. Jika punya HP, tuliskan nomor HP
7. Tuliskan 3 makanan kesukaan
8. Bagaimana cara menyelesaikan kasus Bank Century yang sekarang menjadi sorotan? Cukup uraikan dengan 4-5 kalimat.
9. Majulah ke depan kelas, teriakan dengan suara lantang : AKU SUKSES UN
10. Bukalah sepatu, taruhlah di dekat meja guru
11. Jika sudah selesai mengerjakan nomor 10, tuliskan cita-cita Anda di pojok kanan
12. Segera berdiri dan tepuk bahu kanan teman terdekat Anda lalu berikan senyuman terbaik!
13. Katakan: ”Teman, saya sudah selesai, mengapa kamu begitu lambat…ada yang bisa saya bantu?”
14. Sambil kembali ke tempat duduk teriakan dengan lantang: “Yes-yes-yes…akulah manusia tercepat !
15. Buatlah tanda tangan sebagus mungkin di tengah kertas, kumpulkan kertas jawaban di meja guru dan kembali ke tempat duduk dengan tenang
16. Teriakkan : SAYA SIGAP MENGERJAKAN SEGALA HAL!
17. Tepuk tangan 5 kali sebagai tanda telah menyelesaikan soal
18. Kerjakan hanya soal nomor 5, 7, 15
19. Tuliskan 4 nama teman akrab
20. Tuliskan 3 tokoh idola

• Perwakilan siswa menyampaikan komentar atas permainan
• Ulasan : kecepatan dalam mengerjakan soal ujian adalah satu hal yang penting, namun kecepatan tanpa kehati-hatian, ketepatan dan ketelitian akan membawa kerugian.
Dalam simulasi tes 7 menit tersebut, mayoritas siswa akan langsung mengerjakan soal tanpa memperhatikan instruksi yang diberikan, yaitu membaca seluruh soal terlebih dahulu sebelum mengerjakan. Siswa yang teliti hanya akan mengerjakan soal nomor 5, 7 dan 15, sebagaiman instruksi dalam nomor 18.

HURUF AKHIRMMU HURUF AWALKU

a. Waktu : 10 menit
b. Alat dan bahan : -
c. Aturan main :
• Seluruh siswa membentuk lingkaran besar
• Permainan dimulai dengan meminta seorang siswa menyebutkan 1 nama. Nama yang disebutkan bebas, tidak harus nama sendiri atau nama temannya.
• Siswa di sebelah kanan menyebutkan 1 nama dengan syarat : nama yang disebutkan berhuruf awal yang sama dengan huruf akhir dari nama yang disebutkan sebelumnya. Misalnya : AntoN, NununG, GunawaN, NadiA, Asri dst.
• Syarat berikutnya : setiap siswa hanya diberi waktu 3 detik untuk berpikir dan menyebutkan nama. Jika waktu berpikir terlalu lama, permainan diulangi dengan variasasi nama yang berbeda. Nama yang telah disebut tidak boleh disebutkan lagi.
• Mintalah siswa memberikan tanggapan atas permainan.
• Ulasan : Permainan ini melatih kecepatan berpikir dan kesigapan yang harus dimiliki siswa ketika menghadapi situasi yang mendesak.
Contoh ice breaking di atas adalah sebagian kecil permainan yang bisa digunakan. Ada banyak permainan yang bisa kita gali dari berbagai sumber. Salah satu sumber ice breaking adalah siswa. Ada baiknya kita meminta siswa untuk memperagakan permainan yang mereka miliki. Selain permainan, siswa juga bisa diminta untuk memberikan tebak-tebakan. Biasanya para siswa mampu memunculkan tebakan yang lucu untuk menghidupkan suasana.
Hal lain, kegiatan latihan soal dapat juga dilakukan di luar kelas. Misalnya di koridor, di halaman sekolah atau tempat lain yang nyaman dan teduh. Strategi ini akan membantu mengurangi kejenuhan selama kegiatan berlangsung. Semoga Bermanfaat.

*) Lead Trainer di YLC (Yasmin Learning Center) Jakarta. Bersama tim Trainer dari YLC, mendedikasikan diri untuk memberikan training gratis bagi guru atau sekolah yang berkeinginan maju namun terkendala biaya, training parenting gratis bagi orang tua siswa dari keluarga tidak mampu serta training motivasi gratis bagi remaja. Hingga mendapat julukan ‘Trainer berhonor 2 M’, artinya setelah training, akan mendapat penghargaan dari panitia berupa ucapan: Makasih Mas. Penulis dapat dihubungi di : iswoyo2000@yahoo.com

*) Tulisan ini diterbitkan dalam Majalah Teachers Guide edisi No. 10/Tahun ke IV/ 2010. Dapatkan di counter Gramedia/Gunung Agung, atau di komunitas-komunitas guru. Kehabisan? Hubungi Sirkulasi di 0812 824 22801, atau di Fleksi (021) 684 58569. Terima kasih.
0 komentar
Label: Ice Breaking, Inspiring. Setiyo M Iswoyo, Persiapan UN dan UASBN, Yasmin Learning Center
Oktober 25, 2010
Ikuti Ujian Nasional dengan Senyuman BELAJAR MEMINIMALKAN STRESS SAAT UJIAN
Foto: Dr. Eva J. Hoffman


Lelah berdebat soal penyelenggaraan Ujian Nasional, Ujian Akhir Semester Berstandar Nasional (UASBN di jenjang SD)? Meski menang di pengadilan, tak menyurutkan pemerintah untuk tetap menggelar UN tahun ini. Gosipnya, karena dana sudah dialirkan, tak mungkin ditarik kembali.

Polemik lalu berserak tak hentinya menghujat UN. Sementara pemerintah melalui Menteri Pendidikan Nasional M. Nuh, mengatakan : “UN kali ini diperbaiki. Ada 4 syarat yang konon tak boleh saling menjatuhkan. Pertama, lolos Ujian Nasional. Kedua, lolos Ujian sekolah. Ketiga, lolos penilaian akhlak dan perilaku. Dan ke empat, tuntas menjalankan seluruh program.

Manalah yang diperbaiki? Kalau empat syarat itu dijadikan pedoman, bagaimana kalau keadaannya dibalik? Anak tak lulus UN, namun perilakunya sangat santun dan terpuji. Lulus nggak nih anak? Ternyata jawabannya ‘tetap tidak lulus’! Inilah yang tak patut. Dikatakan bahwa UN bukan satu-satunya penentu kelulusan. Jadi mana yang diperbaiki, bukankah ditambah syaratnya?!

Kecerdasan majemuk jelas belum tersentuh. Jauh panggang dari api. Apalagi mengemas tata cara Ujian agar siswa tak mengalami pengerdilan otak.

JENIS SOAL
Menteri M. Nuh memberi penjelasan pula tentang jenis soal yang seringkali dikeluhkan. Menurutnya, selain memperbaiki mutu pendidikan, pihaknya akan memperbaiki soal UN. Soal harus diyakini bahwa memang betul mencerminkan kemampuan anak dengan spektrum yang lebih lebar. Jangan sampai soalnya susah semua. Kira-kira Anda bisa menterjemahkan maksud pernyataan pak Menteri ini?

Angie Siti Anggari, principal Sekolah Tara Salvia di Bintaro-Tangerang berkomentar, jenis soal yang dibuat secara nasional secara umum cukup maju. Tak hanya berhenti pada tataran kognitif, melainkan sudah menyentuh substansi multi kecerdasan. Namun pada ujian ujian tingkat wilayah (propinsi, kabupaten, kecamatan), jenis soal masih payah.

“Menurut saya, yang penting saat ini adalah mencari solusi. Kita tahu pemerintah keukeuh dengan pendapatnya. Biarkan saja. Aroma politis lebih kuat. Kita yang bergerak di praksis pendidikan bisa mencari jalan keluar dengan melakukan penguatan pada guru dan siswa,” jelas Angie Siti Anggari.

Mungkin nggak ya, siswa menjalani ujian dengan didahului games, agar tercapai alfa zone, sebelum otak siap dipekerjakan secara maksimal? Lha wong yang jaga Ujian kan dari guru sekolah lain, ditambah tenaga dari kepolisian! Untuk tahun ini akan ditambahkan tenaga dari Perguruan Tinggi.

Kecurangan yang dilakukan para oknum di sekolah menyebabkan pemerintah secara narsis mengirim tenaga kepolisian untuk mengawal soal hingga diserahkan ke diknas setempat. Jadi pada tataran praktik penyelenggaraannya juga masih penuh syak-wasangka. Bagaimana mau memperbaiki konten? Demikian pemikiran pihak yang menolak UN.

STRATEGI ITU
Pada beberapa pertemuan yang Teachers Guide ikuti, sesungguhnya para penyelenggara pendidikan setuju Ujian Nasional tetap perlu diadakan. Namun dengan segala persyaratan yang memenangkan siswa. Bagaimana bentuknya? Pihak yang menghujat UN sampai kini juga belum menemukan ramuan jitu.

Kita telaah lebih lanjut bagaimana menyikapi ujian dengan strategi. Paparan Dr. Eva J. Hoffman, pada materi ‘Stress – Free Exams’ mungkin dapat membantu kita memperkuat siswa dengan strategi ‘30 detik penting bagi perbaikan otak’ :

a. Minumlah segelas air (jika tak diperbolehkan saat ujian, minumlah sebelum memasuki ruangan)
b. Tarik nafas perlahan
c. Usahakan untuk tersenyum (otak akan memproduksi ‘hormon senang’ yang disebut endorfin)
d. Regangkan pergelangan tangan dan kaki, lalu tarik nafas sambil menekan ujung lidah ke langit-langit rongga mulut, keluarkan nafas melalui mulut sambil membuat lidah rileks. Ulangi terus menerus hingga jantung berdegup normal.
e. Tambatkan jangkar ketenangan dan kedamaian milikmu. (lihat boks)

BOKS:
TAMBATKAN JANGKAR

Jangkar adalah simbol stabilitas dan keamanan. Benda ini berbentuk seperti kait dan mampu menahan apa pun agar tetap di tempatnya. Artinya, berlatihlah untuk selalu tenang, sabar dan fokus layaknya sebuah jangkar.

Jangkar menjadi alat bantu yang mengingatkan pada seseorang, situasi, bau-bauan, lagu, aroma, yang dapat memicu ingatan pengalaman. Saat menghadapi ujian, tautkan jangkar pada perasaan dengan contoh sebagai berikut:

LANGKAH I: Pilih jangkarmu
Jangkar Visual: liontin; cincin; simbol (pelangi, matahari, lingkaran); bayangan pemandangan indah atau seseorang.
Jangkar Sentuhan : menekan jempol dengan telunjuk; mengepalkan tangan; menekan titik positif (lekuk kecil di atas alis mata; dua tulang lekukan di bawah tulang leher, di kedua sisi tulang sternum; bagian belakang leher – pijat dengan menarik kulit dari tulang belakang, bentuk huruf X dengan telunjuk, lihat beberapa saat, bernafaslah teratur).
Jangkar Aroma: deodorant; minyak aromaterapi; parfum

LANGKAH 2: Ingat dan bayangkan sebuah situasi
Ketika merasa tenang dan damai…
a. Pejamkan mata dan berusaha membayangkan situasi tersebut
b. Nikmati perasaan rileks, bayangkan situasi itu secara jelas dan berwarna. Jika mungkin, dengarkan suara di sekeliling.

LANGKAH 3: Gunakan Jangkarmu.
Ketika sedang merasa amat tenang dan damai, ingatlah jangkarmu. Bayangkan dalam pikiran, atau gerakkan tangan mengikuti bentuknya (secara sadar, hubungkan diri dengan ketenangan dan kedamaian, bayangkan sentuhan atau aroma yang menjadi jangkarmu)

LANGKAH 4 : Perkuat Jangkar.
a. Buka mata dan hitung mundur dari 10 hingga 1. Atau gerakkan tangan hingga merasa rileks
b. Ulangi langkah 2 dan 3, sambil terus membuat banyangan sejelas mungkin
c. Ulangi langkah tersebut sekali lagi
d. Buka mata dan hitung mundur dari 10 hingga 1

LANGKAH 5: Tambatkan Jangkar. Gunakan jangkar dan cek apakah sudah merasa tenang dan damai dengan melihatnya atau dengan bergerak. Ulangi tahap 2 dan 3 sebanyak mungkin hingga jangkarmu membawa ketenangan dan kedamaian.

Biasanya, ujian sekolah mengandung konsep jangkar negatif. Seringkali dikaitkan kata ‘ujian’ dengan rasa gelisah, cemas, gugup, dan stress tingkat tinggi. Jangkar macam ini tak berguna dan harus dihilangkan.TG

Sumber:“Sukses Ujian Tanpa Stress” –Dr. Eva J. Hoffman. Penerbit Gagas Media


Tulisan ini diterbitkan dalam Majalah Teachers Guide edisi No. 10/Tahun ke IV/ 2010. Dapatkan di counter Gramedia/Gunung Agung, atau di komunitas-komunitas guru. Kehabisan? Hubungi Sirkulasi di 0812 824 22801, atau di Fleksi (021) 684 58569. Terima kasih.
0 komentar
Label: Inspiring. Dr. Eva J. Hoffman, nett academy, Strategi ujian nasional, Stress Free Exam, Ujian Nasional
Guru Olah Raga Bergaya
Olahraga



Saat pelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan atau lebih kerennya pelajaran olahraga, banyak dijumpai siswa yang tidak berminat, ogah-ogahan bergerak, malah bermalas-malasan dan hanya duduk-duduk di lapangan.

Sebagai Guru penjaskes, saya sering melontarkan joke menyindir: “Kalau di dalam kelas kepengennya jalan-jalan, tapi saat olahraga kepinginnya duduk-duduk!”.

Saya berusaha keras mengubah siswa seperti itu, tak hanya sekadar melaksanakan jadwal olah raga satu minggu sekali selama dua jam pelajaran. Yaitu, bagaimana dengan olahraga yang benar akan menjadikan siswa sehat jasmani dan rohani. Bisa kita bayangkan, setiap hari siswa sudah dijejali mata pelajaran, tugas kelompok, pekerjaan rumah, yang kadang membuat mereka stress, enggan masuk sekolah karena takut dengan pelajaran tertentu.

Ini yang Saya Lakukan:
Saya memberikan pemahaman pada siswa, bahwa pelajaran penjaskes tidak hanya untuk mendapatkan nilai dengan kriteria ketuntasan mengajar (KKM). Melainkan juga agar badan kita menjadi bugar sekaligus menghilangkan kejenuhan serta mengurangi kepenatan di dalam pelajaran.

1) Pada saat melakukan pemanasan, seringkali guru penjaskes terjebak pada rutinitas yang membosankan. Cara mengatasi, misal salah satu siswa diminta maju ke depan dan memimpin teman-temannya melakukan pemanasan. Sebaiknya pemanasan diiringi musik.
2) Ada aturan yang harus kita buat bersama antara guru dan murid sebelum atau di awal pelajaran.
3) Penampilan guru yang ‘oke’. Tidak harus berbusana mewah atau mahal, cukup tampil rapi dan enak dipandang, sehingga siswa terkesan akan sang guru olahraga yang pantass jadi panutan.
4) Tidak sekedar ’memerintah’. Karena merasa tua atau lama menjadi Guru penjaskes, banyak Guru yang sekadar memberi perintah. Usahakan Guru memberi contoh-contoh gerakan. Pasti siswa akan antusias dan bangga, Guru olahraganya tak sekadar memberi instruksi namun trampil melakukan gerakan-gerakan.
5) Sebelum pelajaran usai, beri motivasi hidup sehat.
6) Jangan pelit memuji gerakan siswa, meski tak sempurna. Ingat, yang kita hadapi bukan atlet, tetapi seorang siswa.
7) Sikap disiplin tapi tidak galak. Seringkali Guru olahraga ditakuti siswa –sudah galak, ringan tangan pula.

Marilah kita hilangkan kesan galak tetapi tetap disiplin. Dalam pembelajaran penjaskes, tanpa kedisiplinan, akan berakibat cidera. Tumbuh sebersit harapan saya sebagai Guru olahraga, semoga anak bangsa ini lebih sehat dan cerdas.

Amien Ariytna
Guru Olah Raga, tinggal di Semarang, Jawa-Tengah
Salah satu pemenang lomba menulis, dalam workshop Letirasi untuk Guru - Menjadi Guru yang Gemar Menulis, diselenggarakan oleh LPK Fun&Smart Home, Majalah Teachers Guide, Depdiknas Kota Semarang.

Tulisan ini diterbitkan dalam Majalah Teachers Guide edisi No. 10/Tahun ke IV/ 2010. Dapatkan di counter Gramedia/Gunung Agung, atau di komunitas-komunitas guru. Kehabisan? Hubungi Sirkulasi di 0812 824 22801, atau di Fleksi (021) 684 58569. Terima kasih.
0 komentar
Label: Amien Arytna, Olahraga
Build! Jangan Do. Business! Bukan Busyness
Edu Coach by ActionCoach


Sebuah pertanyaan dan tantangan bernada komersialisasi pendidikan tercetak di sebuah selebaran:
“Apakah Anda yakin, sekolah Anda akan mampu bersiang di tengah kompetisi yang makin ketat dan menuntut? Kalau Anda tidak mampu menjawab ‘ya’ dengan penuh percaya diri, maka Anda dan Kepala Sekolah Anda harus meluangkan waktu menghadiri seminar ini.”

Diterakan pula: “7 hal penting yang akan dikupas dalam seminar ini“ :
1. Bagaimana mendirikan fondasi yang kuat bagi sekolah yang sehat, menguntungkan dan langgeng?
2. Mengatasi persaingan biaya tanpa menurunkan biaya sekolah Anda.
3. Jurus praktis dan jitu menambah jumlah siswa hingga kapasitas penuh, bahkan menolak calon siswa
4. Mengapa 80% bisnis (termasuk sekolah) tidak bertahan lebih dari 5 tahun?
5. Bagaimana bekerja lebih sedikit namun menghasilkan lebih banyak pada bisnis sekolah Anda.
6. Membangun tim kerja yang solid, loyal, dan berinisiatif maju
7. Mengapa sekolah juara terus juara, dan sekolah kelas dua semakin tertinggal hari demi hari?

Agak jengah juga membaca tantangan itu. Bagaimana sebuah sekolah secara persis disandingkan dengan pemikiran bisnis. Sekolah kini memang menjadi lembaga bisnis. Kiprahnya sebagai lembaga sosial memang telah luntur diterjang arus komersialisasi pendidikan.

Seminar yang dipandu oleh seorang coach ini memang sengaja diperuntukkan bagi sekolah swasta. Adalah Han Budiyono, yang memiliki sebutan ‘Tiger’ dari Action Coach --sebuah perusahaan kelas dunia yang mengkhususkan diri di bidang Business Coaching. Perusahaan yang didirikan oleh Brad Sugars sejak 1993 itu kini telah memiliki perwakilan di 28 negara dan 600 kota dunia, termasuk Indonesia.

Han Budiyono adalah co master licensee yang saat ini menjabat sebagai direktur utama Action Coach Jawa Timur & Bali. Yang khusus, coach Han memiliki minat dan ketertarikan tinggi di bidang pendidikan.

Oke lah…… kita intip ajaran Han saat berbicara di tengah acara yang kurang pas, karena diadakan berbarengan dengan pelantikan pengurus BMPS kota Depok. Peserta yang tadinya mengharap dapat berpuas diri mencermati ajaran coach, sudah hilang moodnya manakala pelatihan baru mulai setelah seremoni penuh birokrasi tersaji bertele-tele.

Han bertanya pada peserta dengan nada lantang : “Apakah sekolah Anda sudah beroperasi 10 tahun? Apakah sukses? Maju? Tambah murid dan Guru? Kenyataannya , banyak bisnis gagal sebelum menginjak usia 10 tahun. Mengapa? Karena yang dilakukan hanya DO, bukan BUILD!” (Nah lho …..)

Samakan persepsi dulu, bahwa sekolah adalah sebuah bisnis (singkirkan dulu segala argumen jika tak sepaham). … “Business tak sama dengan busyness,” jelas Han.
“Definisi bisnis, adalah terbangunnya sebuah lembaga komersial (sekolah kan tak gratis - yang swasta-, maka dianggap komersial-red) yang menguntungkan, dan bisa berjalan ‘TANPA SAYA’. Ini banyak terjadi pula di sekolah yang dipimpin oleh pendiri sekolah, yang masih mengawal operasional sekolah day by day, karena tak memiliki orang kepercayaan sekuat penggagasnya.

Diajarkan mengenai 6 langkah sukses, yakni Mastery (menyangkut waktu, tim dan uang). Ke-dua adalah Niche (menciptakan sesuatu yang unik). Selanjutnya, Leverage, Team, Strategy dan Result.

Penggagal Kemajuan Sekolah
Secara mendasar, setiap orang harus membuat kemudahan mengelola sekolah. Dua hal yang membuat hal sederhana menjadi rumit adalah kebiasaan menyalahkan orang lain dan membuat alasan. Misal, menyalahkan sistem Diknas, nyalahin Guru yang tak cerdas, nyalahin sekolah lain yang masih berkutat pada bidang akademis semata. Ke-dua, kebiasaan menunda pekerjaan. Dua hal ini deicermati coach Han sebagai penggagal kemajuan.

Kebanyakan kepala sekolah tak bisa membaca laporan keuangan! Arus kas, rugi laba, balanced, dan uang masuk keluar. Padahal semua itu perlu untuk dasar pengambilan keputusan, kebijakan, agar tak ngawur ...

Pada level Mastery, pelajari beda antara penting dan mendesak. Persoalan jika sudah menjadi penting dan mendesak, akan mendatangkan stress. Kerjakan yang penting sebelum menjadi mendesak! Coach mengajarkan konsistensi, yang terbukti lebih penting daripada brilliant.

Menghadapi awal tahun ajaran baru, di mana semua sekolah melakukan upaya marketing, jangan salahkan keadaan ekonomi. Alasan daya beli menurun seringkali menjadi legitimasi kurangnya siswa. Padahal yang terjadi adalah melemahnya daya jual. Coba lihat, kalau dalih daya beli menurun mengapa tiap tahun tetap ada jenis mobil baru yang ditawarkan?

Sekolah seringkali tak sungguh-sungguh mengawal marketing. Waktu dan perhatian habis mengurus bagian produksi, konten, kurikulum, program, yang menjadi ruh pendidikan. Namun marketing sekolah adalah masalah edukasi dan komunikasi.
Coba para kepala sekolah, tahukah Anda apa saja keunggulan sekolah yang Anda pimpin? Atau sebaliknya, jangan-jangan hanya Anda yang tahu. Guru, staff, orang tua siswa, jangan-jangan hanya tahu sebatas yang tertera di brosur. Soal hidden curriculum yang menjadi pembeda sekolah, tak pernah dikomunikasikan.

Apalagi soal profit. Coach yakin tak banyak kepala sekolah yang bisa melakukan hitungan jumlah calon pelanggan x prosentase keberhasilan. Jumlah pelanggan x frekuensi pendaftaran x nilai transaksi = omset x marjin laba = PROFIT. Bingung kan?......

Jadi, mengapa sekolah nomor 1 tetap menjadi nomor 1, sekolah nomor 2 menjadi makin tertinggal? Coach bilang, sebabnya adalah pada perbedaan cara berfikir. Sekolah nomor 1 tahu, mana yang bersifat konsumtif, mana yang investasi. Mereka sudah bisa membedakan mana yang perlu efisiensi, yang diartikan sebagai kesanggupan memilih yang lebih mahal, namun lebih tahan lama . Misal, dalam menentukan alat peraga belajar. Balok yang dipilih jelas bukan sembarang produk kayu yang dijual tanpa memperhatikan presisi. Mereka memilih yang berkualitas.

Optimalisasi, Efisiensi, dan Maksimalisasi
Membuat sekolah berkembang sesungguhnya tak sulit. Berawal dari yang kecil, tepat guna (sesuai kebutuhan) dan konsisten.

Ada peserta yang bertanya: “Coach, strategi apa yang membuat sekolah bisa melonjak jumlah siswanya?”
Coah menjawab, “Jangan berfikir strategi jika belum bisa konsisten! Pikirkan! Bagaimana dengan hasil yang lebih besar, namun bekerja lebih sedikit? Caranya adalah dengan membentuk the winning team. Lebih baik menonjolkan salah satu kekuatan sebagai diferensiasi, daripada biasa-biasa saja di semua bidang. Misalnya, menonjol di pendidikan inklusinya. Menang di metode bahasa asingnya, dan sebagainya.”

Nah, pernahkah Anda mendengar pernyataan seorang pemilik sekolah berkata seperti ini: “ Jelas saja sekolah saya tak bisa maju. Orang-orang saya jelek kemampuannya!”. Inilah penggagal kemajuan itu. Coba sang pemilik ini mau menunjuk dirinya sendiri sebagai penanggung jawab, dengan melakukan refleksi. Jangan-jangan bukan tak punya orang yang cakap. Apakah orang yang cakap tadi mau bekerja di tempat Anda? Ini persoalannya!

Membentuk winning team, pertama kali adalah dengan memasukkan orang-orang yang sama tujuan. Istilahnya, “masukkan orang-orang yang tepat ke dalam bus”. Seleksi penumpang dari awal. Artinya, seleksi guru, seleksi orang tua, harus makin cermat dan sesuai dengan nilai-nilai sekolah yang akan dikembangkan.

Perhatikan bagan ini:
Aktif
D (dominan)-manager, pendobrak I (Intim) marketing
C (cermat)-teknisi S (sabar, stabil)
Pasif

Masing-masing D-I-C-S itu ada fungsinya. D adalah pendobrak, penggagas pekerjaan. Ini pimpinan. Sejumlah 99% pekerjaan tentu tak tuntas sendirian. Jadi perlu orang C. Semua pihak harus saling belajar dan mendukung. D harus belajar dari S, agar tak suka memotong pembicaraan orang, misalnya. Kalau bisa mengharmonisasi D-I-C-S, the right man on the right place, maka proses operasional sekolah akan EFEKTIF.

Jika Anda seorang pemilik sekolah, tugas Anda bukan melayani customer, melainkan men-support tim Anda, memuaskan tim, agar mereka bisa bagus melayani customer, dan membawa bisnis itu menyenangkan bagi Anda, pemiliknya!

Sampai pada tahap 4 (Team), jika sudah stabil, cukup! Jika sudah mapan semua, baru beranjak ke nomor 5, yakni Sinergi, dengan membuka cabang, diversifikasi, dan lain sebagainya.

Pertanyaan lain yang menarik dari salah satu peserta adalah: “Sekolah saya baru berdiri. Belum punya murid. Kami menjual program. Sementara orang tua mencari contoh lulusan sebagai hasil akhir. Sementara kami pun tak menjual fasilitas. Bukan itu ‘jualan’ kami. Kami lebih punya idealisme. Bagaimana coach?”

“Tak ada testemoni (pengakuan),” jawab coach Han. “Berikan saja garansi. Misal, bagi anak yang tak bisa ikuti materi, akan diberikan pengayaan khusus. Sejak awal harus dihitung untung ruginya. Tapi ingat, ini kan jasa pendidikan. Ciptakan rasa, apa yang Anda sampaikan, layak mereka bayar!” demikian penjelasan coach.

Sebagai penutup, coach Han berpesan, agar pengelola sekolah selalu mengasah team penjualan (marketing siswa). Produk bagus belum tentu bisa dijual. Apalagi produk jelek. Bikin perencanaan yang baik, dan jalin aliansi strategis dengan pihak lain.
Bagaimana rasanya? Sejalan saran dan cara berfikir bisnis ala coach untuk sekolah Anda? Jika tidak, sudah kami ingatkan, bahwa acara ini sudah diisyaratkan berbau bisnis sejak penawaran awal. Tinggal Anda pilah sendiri, mana bagian yang cocok, mana yang tidak.

Seringkali kita bisa temui, sekolah yang dikelola tanpa rancangan bisnis pun bisa eksis, dengan ketulusan dan keberkahan yang selalu dicari. Ini memang tak ada hitung-hitungannya. Renungkan! Jangan pula gegabah, meski sekolah adalah sebuah perjuangan, ketulusan, lantas tak dikelola dengan benar. Mengalir saja. Ya …, yang model begini langsung babal ketilep (bubar) juga banyak! Lengkapi diri Anda dengan berbagai pengetahuan dan ketrampilan, agar ‘nyawa’ sekolah tetap menyala. Bisa dipelajari. Yakin!TG

Tulisan ini diterbitkan dalam Majalah Teachers Guide edisi No. 10/Tahun ke IV/ 2010. Dapatkan di counter Gramedia/Gunung Agung, atau di komunitas-komunitas guru. Kehabisan? Hubungi Sirkulasi di 0812 824 22801, atau di Fleksi (021) 684 58569. Terima kasih.
0 komentar
Label: action coach, BMPS Kota Depok, Brad Sugars, Cermat, Dominan, Han 'Tiger' Budiyono, Intim, Leverage, Mastery, Niche, Result, Sabar, school management, Strategy, Team
Gaya Sekolah Menjaring Calon Siswa
Marketing















Terpampang sebuah billboard besar di perempatan jalan utama:

Pendaftaran
Telah Dibuka untuk TK, SD, SMP, dan SMA:
Pendaftaran bulan Novemberdiskon 40%
Desember diskon 35%
Januari ’10 diskon 30%
Februari ’10 diskon 25%
Maret ’10 diskon 20%
April ’10 diskon 15%
Mei ’10 diskon 10%
Juni ’10 diskon 5%
Daftarkan Segera! Tempat Terbatas !

Di Padang, sebelum gempa melanda, sebuah billboard ukuran sekitar 5 x 3 meter menyolok terpasang di depan sekolah SMP yang berada di jalan utama :
Sekolah Bertaraf Internasional. Fasilitas : Gedung milik sendiri, Kolam Renang, Bahasa Inggris, Komputer, ….. (bla bla bla …). Di sampingnya, foto kepala sekolah, seorang ibu setengah baya berkebaya, besar sekali ukuran gambarnya!

Melihat publikasi sekolah yang pertama, seorang rekan berkomentar: “Mirip iklan factory outlet ya, banyak amat diskonnya. Tiap bulan beda lagi” . Sedangkan untuk iklan sekolah ke dua,saya sendiri bergumam: “Lha, narsis bukan hanya milik anak ABG dan para caleg. Kepala Sekolah pun pengin menunjukkan mukanya di depan khalayak ramai.”

Publikasi dan publisitas, adalah sebuah keniscayaan untuk membuat komunikasi dengan masyarakat luas. Di jaman informasi ini, komunikasi bisa dilakukan dengan teknologi. Meski internet dan jaringan maya melanda semua lini kehidupan, media konvensional macam spanduk, billboard, dan poster masih marak dilakukan.
Tidak semua masyarakat pengguna sekolah mencari informasi melalui internet. Demikian alasan para pemilki sekolah yang menggelar spanduk rentang dan hanging banner, billboard atau papan iklan.

Masalahnya isi pesan yang akan disampaikan, kini makin mirip dengan iklan komersial produk dan jasa lain. Persaingan menjadi alasan juga. Bahkan memulai pendaftaran saat semester satu belum juga usai sudah seru dilakukan para marketer sekolah.
Hingga kini tak ada aturan bagaimana sekolah dikomunikasikan. Semua terserah praktisi dan selera pemilik sekolah. Sekolah negeri praktis tak melakukan promosi sekolah. Anggaran menjadi kendala, meski kadang arogansi sekolah favorit menjadi isu utama.

“Kalau di sekolah negeri, apalagi yang telah menjadi pilihan, tak berpromosi saja kami diserbu calon siswa. Sistem penerimaan yang menggunakan NEM juga menjadikan anggaran promosi di sekolah negeri tak perlu dibuatkan mata anggaran,” kata seorang kepala sekolah SMP Negeri.

Akan halnya kepala sekolah sekolah swasta yang cukup diminati di Jakarta Selatan, “Sekolah kami dikenal sebagai sekolah berbiaya tinggi. Asumsi kami, dengan memasang tawaran diskon, peminat dengan segera akan mengisi jumlah kursi yang tersedia. Sejauh ini belum ada survey, apakah mereka bergegas mendaftarkan putra-putrinya karena alasan diskon. Harus diteliti dulu,” jelasnya.

Segmentasi Menentukan
Sekolah harus mempelajari segmen siswa. Ini sebuah kerja keras terkini yang dilakukan di banyak sekolah swasta besar, di kota besar. Segmen orang tua yang mengutamakan kualitas, tak tergiur dengan diskon yang ditawarkan.

Segmen tengah paling sulit. Ke atas susah karena terbentur dana, ke bawah ogah karena terlanjur memiliki tuntutan dan selera sekolah bergengsi. Segmen tengah ini lentur dengan tawaran diskon. Sedikit perbedaan diskon saja, bisa membuat keputusan berpindah ke sekolah yang lebih royal potongan harganya.

Komunitas orang tua yang status-quo, yang memilih sekolah karena faktor kepemimpinan, akan mantap memilih sekolah dengan foto sang kepala sekolah di papan besar. Mereka beranggapan, kepemimpinan yang menonjol akan membawa kemajuan sekolah. Banyak benarnya memang. Jika suatu waktu sang pimpinan keluar, pindah kerja, dibajak sekolah lain atau mengundurkan diri karena alasan lain, maka biasanya terjadi gagap dan pengenduran peminat. Wah gawat.

Mana yang lebih efektif? Belum dilakukan survey. Kata hati pasti bertolak belakang dengan promosi publikasi dua sekolah di atas. Sekolah tetaplah menjadi lembaga yang memanusiakan manusia. Tak elok jika dikomunikasikan dengan gaya komersial diskon, ataupun dengan memamerkan fasilitas dan ketokohan. Proses pembelajaran kehidupan menjadi samar-samar.

“Sekolah kan jasa, sosial bisnis, yang masih sarat dengan nilai-nilai. Jangan diobral layaknya menjual obat”, jelas seorang principal sekolah bertaraf internasional di Jakarta.

“Sewajarnya. Tak perlu muluk, disain elegan, tampilkan wall of fame atau ketercapaian yang pernah dihasilkan. Bukan menonjolkan diskon dan pamer wajah pemimpin sekolah, apalagi janji dan fasilitas. Ada sekolah yang menonjolkan program kurikulum Cambridge, padahal saat itu baru taraf merintis. Wah, setelah murid didapat, program tak kunjung diaplikasikan. Konon biaya lisensi kurikulum belum beres. Wah …., jadinya berantakan. Orang tua merasa tertipu. Sekolah lelah dengan berbagai alibi,” cerita seorang mantan praktisi sekolah di daerah Tangerang.

Orang tua calon peserta didik memilih sekolah tidak dengan cara impulse buying. Menentukan dengan cepat dan segera saat itu juga. Kebanyakan masih dengan cara lama yang lebih dipercaya, yakni komunikasi langsung. Saat open house, umumnya diperlihatkan semua faktor penunjang sekolah. “Pakai saja event atau kegiatan lain yang menyentuh langsung calon orang tua dan siswa. Dengan begitu, jumlah siswa yang diharapkan akan lebih lestari atau lebih ‘berumur lama’, dibanding perolehan murid yang dilakukan dengan sentuhan komersial”.

Nah praktisi sekolah, pelajari kembali rencana publikasi dan publisitas sekolah. Lakukan dengan lebih patut. Strategi mendapatkan siswa baru akan lebih elegan jika dilakukan dengan tatap muka dan pendalaman kekuatan sekolah yang sesungguhnya. Demikian tarik menarik nantinya akan terjadi dengan lebih alami. Akan terseleksi, orang tua dan siswa yang sama vision nya.

Masalah di belakangnya masih panjang, karena itu penjaringan siswa lebih baik tak mengandalkan tawaran diskon atau wajah pemimpin. Tetaplah mengutamakan proses belajar. Ingat : Sekolah yang unggul itu bukan the best input, but the best process.TG

Tulisan ini diterbitkan dalam Majalah Teachers Guide edisi No. 10/Tahun ke IV/ 2010. Dapatkan di counter Gramedia/Gunung Agung, atau di komunitas-komunitas guru. Kehabisan? Hubungi Sirkulasi di 0812 824 22801, atau di Fleksi (021) 684 58569.
0 komentar
Label: marketing sekolah, menjaring calon siswa baru
Pendaftaran Sekolah Siswa Baru, BANYAK PERSYARATAN ADMINISTRATIF MAKIN BAIK?

“Jangan lupa copy rapot dari kelas satu. Juga surat kelakuan baik dari sekolah. Lainnya, Kartu Keluarga, Akte Kelahiran, pas foto, dan KTP Bapak Ibu, sudah harus diserahkan saat mengembalikan formulir ya”.
Begitu persayaratan yang ditentukan oleh sebuah SMP cukup terkenal di Jawa Barat.

Di sekolah berlabel International, bahkan diminta juga copy akreditasi sekolah asal. Yang lebih canggih, ada spanduk di sebuah Rumah Sakit cukup beken di bilangan Cibubur - Depok, yang berbunyi: “Selamat datang adik-adik Sekolah XYZ disamarkan-red) di RS ini untuk melakukan medical chek up”. Rupanya, Sekolah XYZ menetapkan persyaratan tambahan untuk siswa baru, yakni tes kesehatan. Dikerjasamakan dengan sebuah rumah sakit. Sebuah kolusi atau kerja sama? Terserah Anda memaknainya. Berapa uang tes yang dibayarkan? Tak ada jaminan anak diterima. Seleksi penerimaan siswa baru yang makin ‘centil’ saja.

Untuk apa ya kira-kira syarat berupa kertas-kertas dokumen itu? Bukankah sekolah seharusnya melakukan asesmen dan menilai performa anak saat ini, agar tetap up to date?

“Menurut saya, data itu hanya akan menambah tebal tumpukan arsip. Sekolah kami praktis-praktis saja. Yang penting saat wawancara dengan orang tua, kami menggali lebih dalam. Jika didapat komitmen dan kesamaan visi, cukup alasan menerima calon siswa itu,” jelas Bu Terry dari sebuah SMP Plus.

“Menuh-menuhin lemari arsip!” ungkap Bu Sisi, kepala sekolah SMP swasta. “Simpel simpel saja. Bukan berarti mudah. Apa kita mau melihat proses ke belakang? Yang tahu ‘kan guru SD-nya. Kita lihat saja performa saat ini. Kita jalan ke depan. Memang perlu merunut sejarah si anak. Tapi ini terbatas untuk siswa dengan kebutuhan khusus saja,” demikian alasan bu Sisi.

BAGAIMANA SEKOLAH ANDA?
Tergantung mau melihat dari sisi mana. Dengan kacamata positif, kita akan mengesahkan alasan yang cukup masuk akal, bahwa persyaratan siswa baru jenjang SMP atau SMA kini banyak yang meminta data diri sejak anak usia dini.

“Sebagai sekolah yang mulai banyak siswa, kami tak mampu menseleksi satu - persatu dengan cermat. Data diri anak akan membantu penelusuran pencapaian masa lalu, konsistenkah? Fluktuatifkah? Nilai rapor akan membantu kami menelusuri minat dan bakat serta potensi akademis. Semua data akan kami sampaikan ke bagian kependidikan dan kesiswaan, untuk dicocokkan dengan hasil testing,” papar pak Adnan, ketua bagian pendaftaran sebuah SMP ngetop.

Muharani Meisara, principal Sekolah Mutiara Bunda di Bandung memberi penguatan pada alasan di atas. Ada tiga hal yang harus dicermati. Apakah surat-surat itu bagian dari persyaratan semata, bagian dari tahapan seleksi, atau bagian dari asesmen? Yang paling tepat tentu saja menjadi bagian dari seleksi, dan bukan kelengkapan administratif. Sekolah lanjutan setingkat SMP atau SMA mestinya menerima siswa baru bukan dari hasil Ujian Nasional saja, melainkan secara komprehensif melihat dari berbagai laporan sebelumnya.

Secara lebih khusus, ada juga permintaan laporan per-bidang studi. Ini biasanya muncul setelah terlihat potensi calon siswa yang menonjol, atau sebaliknya melihat kelemahan di materi tertentu.

Data tertulis itu memang bisa diterjemahkan macam-macam. Namun jangan menjadi stigma atau labeling jika melihat data siswa selama SD lalu memutuskan: “Ooo … kamu tak boleh masuk sekolah ini, karena masa lalu yang buruk!”. Ini kan subyektif. Pada kasus ini, asesmen terbaru mestinya lebih diperhatikan.

Ria Natalisa, praktisi pendidikan, melihat berbagai persyaratan administratif sekolah yang mensyaratkan ‘ini itu’ sebagai sebuah ‘kecentilan’.

“Saya lihat, kalau sekolah sudah tampak shiny, ada gairah untuk lebih menunjukkan penghargaan proses. Bahayanya, sekolah tersebut hanya mengumpulkan data statistik. Keperluannya masih sangat pragmatis. Lebih bahaya lagi, kalau data statistik itu dipakai sebagai bahan pembuat kesimpulan. Lantas muncul pendapat, lulusan sekolah A lebih buruk daripada sekolah B. Seolah cermat, padahal sekedar kolektif data. Apalagi jika sekolah sebelumnya tak melakukan penilaian anak secara komprehensif. Copy paste lagi,” tutur Lisa, yang men-de schooling kedua putranya, yang pernah menerima rapor dengan narasi atas nama teman sekelasnya. “Guru melakukan copy paste. Ini fatal!” keluhnya lagi.

Inilah sulitnya sistem di negeri kita. Masih belum berpihak pada pemerdekaan anak. Mestinya dari kelas 6 ke 7 (SMP) itu sistemnya naik kelas. Akhirnya, persoalan seleksi siswa semau mereka sendiri. Ikut trend, mengejar merek.

Munif Chatib, penulis buku ‘Sekolahnya Manusia’ menandaskan, the best input (calon siswa sebagai input), harus diartikan jika sekolah itu memilih siswa yang masuk dengan tes kognitif. Ada yang lulus, pasti ada yang gagal. Berbeda dengan yang ingin mendapat data sebanyak-banyaknya dari calon siswa. Yang penting, data itu tak dipakai sebagai ALAT TES.

Lantas, bagaimana reaksi orang tua? “Ah ikuti saja lah, yang penting anak saya bisa masuk sekolah itu. Memang agak aneh sih, bikin surat kelakuan baik segala, kayak mau cari kerja. Formatnya juga seperti SKKB yang dikeluarkan kepolisian itu,” urai Mama Citra, yang putrinya akan masuk SMP berarsitektur minimalis .

Kita sebagai praktisi pendidikan, coba lebih cermat melihat masalah ini sebagai fenomena. Plus-minus dan tujuannya mesti bermakna. Semua harus dikembalikan untuk pemerdekaan anak.

Romo Mangun, dalam Catatan Separuh Perjalanan SDK Eksperimen Mangunan menyatakan: “… Gejala-gejala berubah sangat cepat. Banyak hal dalam tempo cepat berubah menjadi out of date. Banyak hal tak terduga muncul bagaikan meteor atau supernova. Maka kearifan: ‘jangan demi siap pakai’ harus dipertahankan mati-matian. Mitra didik mesti siap dan cukup dibekali sesuatu yang memekarkan diri, serta kepribadian menghadapi perubahan mendadak dan goncangan ….”

Bukan di persyaratan yang menentukan ketercapaian pembelajaran. Proses yang berkelanjutan akan membuktikan, bahwa sekolah yang unggul adalah the best process, bukan the best input. Setuju? TG.

Tulisan ini diterbitkan dalam Majalah Teachers Guide edisi No. 10/Tahun ke IV/ 2010. Dapatkan di counter Gramedia/Gunung Agung, atau di komunitas-komunitas guru. Kehabisan? Hubungi Sirkulasi di 0812 824 22801, atau di Fleksi (021) 684 58569. Terima kasih.
0 komentar
Label: administrasi sekolah, muharani maisara, Munif Chatib, pendaftaran siswa baru, Ria Restanti Natalisa, Romo Mangun, school management, sekolah Mutiara Bunda, sekolahnya manusia
Cheerleaders Pelatihan Pendidikan
Profil

Di setiap program peningkatan mutu pendidikan, apakah itu pelatihan, seminar, kongres dan sebagainya, selalu akan kita temui sosok gesit yang sibuk mengawal acara. Sukses tidaknya acara sangat tergantung tangan dingin mereka, para arranger acara.

Pelatihan guru, sudah marak dilakukan. Namun pelatihan dengan tema dan nara sumber pilihan, dan tak melibatkan banyak peserta, dengan tujuan fokus dan efektifitas, perlu penanganan dan rasa.

Ada dua sosok wanita yang menarik kita kenali. Ada Rida Suryaningtyas, yang aktif di ANPS (Asosiasi Sekolah Nasional Plus). Sosok berikutnya, Diana Karnani, dapat kita temui saat berinteraksi dengan Nett Academy, lembaga pelatihan yang kerap mengundang praktisi pendidikan tingkat dunia ke Indonesia.


Ridya Suryaningtyas
Ada Ridya Suryaningtyas, sebagai Executive Assistant di Sekertariat ANPS. Berkantor di Sekolah Tiara Bangsa-ACS International, Jakarta Timur. Ridya mampu berperan sebagai traffic arranger, yang mengatur mulai dari proses informasi, rekrutmen peserta hingga jalannya acara yang digelar oleh sekumpulan cerdik pandai pendidikan dan sekolah bertaraf internasional.

Gesit, cerdas dan sangat cekatan. Anggota ANPS yang sebagian besar adalah orang asing yang bekerja sebagai praktisi pendidikan di Indonesia, telah merasakan layanan yang memuaskan dari seorang Ridya. Bahasa Inggrisnya sangat Inggris! Wajahnya manis. Penampilannya simple. Cara kerjanya? Nampaknya perfect!


Foto: Ridya Suryaningtyas

Lulusan mekatronik Swiss German University ini sempat mengajar di Tutor Time setelah meraih gelar insinyurnya. Passion-nya memang di-edukasi. Dari seorang kenalannya, Ridya kemudian bergabung di ANPS. Menurutnya, cepat ada chemistry saat dia diwawancara oleh petinggi ANPS, Daryl Forde.

Kini ia banyak bekerja sama dengan Ibu Capri Anjaya --ANPS-BI Executive Committee members, kepala sekolah SMP- ACS Tiara Bangsa. Sehari-hari, tumpahlah pekerjaan yang terkait administratif dan informatif di tangan Ridya.

Saat menjadi pemegang kendali acara di Forum Leadership ANPS di Bali akhir tahun lalu, Ridya sendirian menjadi partner para pejabat ANPS dan peserta acara bergengsi itu. Tutur bahasa Inggrisnya sangat nyaman terdengar. Semua dilayani dengan keramahan. Tak salah, jika di akhir acara, Ridya mendapat apresiasi karangan bunga tangan cantik, sebagai ungkapan terima kasih.

Yang lebih mengesankan, sesaat sebelum acara ditutup, Ridya beserta sang adik menyuguhkan salah satu performa yang biasa ditampilkan oleh siswa sekolah nasional plus. Semacam dance diiringi lengkingan nada indah, dipadu iringan musik klasik dunia. Gaya dan lentingan tubuhnya yang langsing menghasilkan tepuk tangan panjang, mengiringi gerak tubuhnya yang konon terbiasa mengikuti rehearsal siswa-siswi sekolah keren-keren itu. Pertunjukan kecil yang berkesan.

Ridya mampu menjadi event organizer handal di bidang pendidikan yang tampaknya sangat disukainya. Keinginanya ke depan, ia ingin memiliki sekolah sendiri. Hmm………, pengalamannya mendalami konten pendidikan dan cara melayani para praktisi pendidikan berkelas dunia tentunya akan menjadikannya lebih gandes- luwes saat nanti mendirikan sekolahnya sendiri.


Diana Karnani
Diana Karnani, begitu namanya . Menempuh pendidikan di Universitas Gadjah mada, Diana nampak beda saat menjadi host bagi sejumlah pelatihan, di bawah bendera Nett Academy. Berikut petikan obrolannya dengan Teachers Guide:


Foto: Diana Karnani

Pendapat Anda secara umum proses pendidikan di negeri kita?
Ada perkembangan dibanding 10-30 tahun lalu, tapi masih perlu dilakukan pembenahan. Mesti dijaga agar terus berkembang ke arah yang lebih baik dan merata. Saya tak berbicara tentang nilai ujian nasional sebagai tolok ukur, karena cakupan pendidikan terlalu luas untuk sekedar diukur dengan cara itu.

Pekerjaan rumah paling mendesak adalah melihat kembali filosofi dan tujuan global pendidikan kita. Misalnya filosofinya Pancasila dengan semangat Bhinneka Tunggal Ika. Perancang sistem pendidikan kita mesti mempercayai, memahami dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika.

Kalau tujuan pendidikan membentuk ’manusia seutuhnya’, perancang sistem pendidikan mesti mendefinisikan ’manusia utuh’ dalam arti sesungguhnya, serta mencita-citakan ‘manusia-manusia seutuhnya’ terwujud di bumi ini. Sudahkah itu dilakukan? Berikutnya, merumuskan tolok ukur yang menunjuk Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai core values, serta rumusan tolok ukur tercapai-tidaknya tujuan pendidikan.

Penjabaran ke tujuan-tujuan pendidikan yang lebih praktis adalah tahap berikutnya. Sebelum merancang dan merevisi ’cara’ mencapai tujuan-tujuan pendidikan tersebut, mesti lebih dahulu mengevaluasi efektivitas sistem pendidikan dan selalu mengikuti perkembangan terkini. Memerlukan refleksi ke dalam dan ke luar sebelum melakukan koreksi.

Pembenahan sistem pendidikan mesti dijalankan secara gradual, dengan visi jauh ke depan, tapi dimulai dengan pembentukan fondasi yang kuat dengan upaya untuk mengatasi kendala-kendala yang ada. Tidak mudah tapi harus dimulai. Perlu waktu, konsistensi serta manajemen perubahan yang rapi.

Sejak kapan berkiprah di dunia pendidikan? Bagaimana awalnya dan apa saja yang telah dilakukan?
Awalnya memberikan les privat ke anak-anak dan merasakan nikmatnya. Tahun 2003 mulai mengajar secara formal di sekolah national plus. Dari situ saya menemukan, beberapa pendekatan yang saya lakukan kurang efektif di kelas. Saya terpacu untuk mencari tahu lebih banyak, terus belajar, dan sedikit demi sedikit merevisi cara mengajar.

Tahun 2005 saya bergabung dengan tim management & development di sekolah tersebut dan lebih berkiprah dalam pengembangan kurikulum. Pelajaran yang saya dapat: pendidikan itu tak melulu soal pengetahuan dan keterampilan akademik. Untuk mengajarkan ’pemahaman’, sebagai Guru kita perlu memahami tipe/gaya setiap anak. Selain itu, pendidikan di sekolah itu seharusnya bisa lebih berperan mengajarkan ketrampilan hidup dan pengembangan sikap hidup, dan ini akan efektif hanya jika si guru bisa menjadi model dalam menyikapi kehidupan.

Saya makin yakin, pendekatan yang paling tepat digunakan adalah metode holistik. Tahun 2007 saya mengembangkan konsep pengembangan diri yang terintegrasi dengan pengembangan profesi Guru. Saya yakin, hanya Guru yang bisa melihat dirinya secara utuh yang bisa melihat seorang anak secara utuh pula. Konsep itulah yang saat ini dijalankan Nett Academy Teacher Intensive Program.

Yang saya amati, setelah mengikuti program tersebut, sangatlah kentara perkembangan para guru peserta dalam hal kematangan, ketrampilan, serta keterlibatan ’hati’ dalam menjalankan profesi.

Banyak pihak senang dengan gaya Diana menjalin hubungan dengan para praktisi pendidikan ...
Saya melakukan apa yang saya yakini. Seperti halnya Republik ini yang memiliki Pancasila sebagai core values-nya, saya juga punya (Nurture, Equip, Teach & Train) dalam lingkup training center ini, yang menjadi acuan ketika memilih trainer, merancang aktivitas, melakukan asesmen.

Semua selalu bermuara di filosofi dan berujung pada praktek. Selain itu, saya berusaha agar semua pihak yang terkait selalu fokus pada learning, apakah itu siswa, trainer, maupun pelaksana & perancang program, semua belajar bersama dan saling belajar satu sama lain sehingga semua bertumbuh dan berkembang bareng-bareng.

Komunikasi sangat hangat dan feedback mengalir ke semua pihak tanpa terkecuali, semua saling menghormati dan saling mengapresiasi. Ketika kembali ke lingkungannya, masing-masing punya bekal ilmu atau keterampilan baru untuk dibagikan, tindakan nyata yang bisa dimodelkan, atau semangat yang bisa ditularkan.

Ke depan masih punya mimpi apa?

Masih ingin berkonsentrasi untuk membantu guru-guru agar mampu menjalankan perannya secara optimal dalam mewujudkan ’pendidikan yang utuh’. Dalam jangka panjang, saya berharap ini akan menimbulkan efek berantai positif ke masyarakat negeri ini karena makin meningkatnya peran aktif ’manusia-manusia utuh’ masa depan yang lahir dari sistem pendidikan yang utuh. Pada saatnya nanti saya juga ingin berpartisipasi dalam membantu proses pengembangan diri pada anak-anak dan remaja. Selain itu, manajemen sekolah juga perlu sentuhan, karena Guru sulit bergerak tanpa dukungan manajemen.

Banyak kata kata bertenaga yang terpajang di Nett Academy. Katanya, itu buah kerja Diana. Apa saja ya kata-kata hebat itu? Ada obsesi tertentu?
Itu 9 ragam karakter yang memiliki kekuatan. Aspirational-Organized-Knowledgeable memiliki kekuatan untuk menggerakkan (life-force), Sensible-Democratic-Resourceful memiliki kekuatan untuk menjaga keseimbangan (life-guard), Inspiring-Accountable-Caring memiliki kekuatan untuk menyembuhkan (life-healing).

Kekuatan kata-kata itu tak hanya pada keindahan maknanya, luar biasa pula pada tindakan nyata yang mengiringinya.

Setiap orang memiliki kombinasi dari beberapa kekuatan tersebut. Kalau kita bisa mengeluarkan potensi itu dari dalam diri dan mengembangkannya, akan terasa manfaatnya bagi diri sendiri, anak-anak kita, dan lingkungan sekitar.

Diana pemetik gitar di group band sekolahnya dulu. Diana, single manis yang asyik menekuni kedalaman dan keluasan ilmu kependidikan dalam bungkus yang lebih shiny. Ia kini menemukan kehidupannya selalu dalam nada-nada merdu perubahan. Nyanyi Diana, petiklah bas gitarmu hingga menggema di seluruh negeri ...... TG

Tulisan ini diterbitkan dalam Majalah Teachers Guide edisi No. 10/Tahun ke IV/ 2010. Dapatkan di counter Gramedia/Gunung Agung, atau di komunitas-komunitas guru. Kehabisan? Hubungi Sirkulasi di 0812 824 22801, atau di Fleksi (021) 684 58569. Terima kasih.
0 komentar
Label: ., ANPS, Diana Karnani, nett academy, Ridya Suryaningtyas
Oktober 24, 2010
Bupati Gorontalo Drs. David Bobihoe Akib : INSPIRATOR KEMAJUAN PENDIDIKAN INDONESIA
MGP-BE

Foto: Bupati Gorontalo Drs. David Bobihoe Akib.

Lain lubuk lain ikan, lain daerah lain siasah. Di Lampung Tengah, peran serta masyarakat amat menonjol lewat Dewan Pendidikan yang dipimpin oleh tokoh pengusaha H. Machfud S.MM, corporate relation manager PT Great Giant Pineapple. Sedangkan di Kabupaten Gorontalo, sang motor adalah Bupati Gorontalo sendiri, Drs. David Bobihoe Akib, M.Sc. M.M, sebagai pengatur kebijakan yang pro pendidikan.

“Keunggulan Gorontalo karena Bupati yang aktif,” jelas Syamsudin Tuli, ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Gorontalo. Sementara Dewan Pendidikan Kabupaten Gorontalo berperan memberi masukan, dan mengawasi kepala sekolah, monitoring komite sekolah, dan menjadi mitra Bupati.

DESA BERPERAN
Uniknya, Bupati Gorontalo David Bobihoe Akib gemar memberi wewenang dan tanggungjawab, hingga ke tingkat pemerintahan desa. Desentralisasi kewenangan ini, menjadikan lembaga musyawarah desa efektif menampung keluh kesah. Masyarakat, sebagai komite sekolah, dapat menyalurkan aspirasinya yang diteruskan sampai Pak Bupati.

Tahun 2009, desa dijadikan laboratorium pemerintah. Desa diminta menyusun RPMJD dan APBD desa. Untuk menjalankan fungsinya, desa diberi 254 kewenangan, antara lain berwenang mengatur pengelolaan pasar, ijin tambang galian C. Kewenangan serupa juga kepada kedinasan (SKPD) dan wakil bupati. “Sesuai aturan, saya hanya mengawasi. Karena itu saya bisa lebih banyak di desa, sekolah, danau, perkebunan, sawah,” jelas David Bobihoe.

Tata kelola pemerintahan memang cukup bagus. Kuncinya, pembangunan bottom up, dari desa. “Saya siapkan program, ada visi misi, kita bikin RPJMD, Renstra, lalu program tahunan. Tahun 2005 - 2006 saya bangun pendampingan SKPD secara interkoneksitas. Tahun 2007, genjot produksi pertanian untuk kemandirian pangan di semua desa. Tahun 2008 dilakukan government mobile – memerintah dari kecamatan atau desa, sebulan dua kali. Terungkap banyak masukan: bantuan salah sasaran, kemiskinan, dan sebagainya. Melalui mapping government, tiap masalah diselesaikan.

KOMITMEN
Menurut Bupati David Bobihoe, membangun daerah diawali komiten. Tidak boleh ada kepentingan pribadi. Membangun pendidikan hasilnya baru bisa dinikmati 15-20 tahun mendatang, bukan saat ini. Keliru mencetak SDM, Gorontalo akan gagal sepanjang masa. Karena itu, semua jajaran satuan kerja, stakeholder, masyarakat pemerhati pendidikan, sepakat mendukung program menjadikan masyarakat Gorontalo tuan rumah di negeri sendiri dengan membentuk SDM terbaik.

DPRD pun diyakinkan memberi anggaran pendidikan yang memadai. Tahun 2006 sebesar 26% APBD; tahun 2007 jadi 32%; tahun 2008 ke-36,8% ; tahun 2009 sebesar 36%; tahun 2010 tambah lagi jadi 41% (sekitar Rp. 126 miliar). Ini diluar gaji guru dan bantuan pusat maupun donor asing .


Agar mandiri dan cepat tanggap, tiap sekolah diberi anggaran operasional Rp. 5 juta (beli kapur, alat tulis, dsb) tanpa perlu minta ke kepala dinas pendidikan. Dikirim langsung via rekening bank, dengan pertanggungjawaban jelas.

BERSAMA DAN DISIPLIN
“Membangun daerah, termasuk pendidikan, tak bisa sendiri, harus bersama-sama. Anggaran dan wewenang telah diserahkan ke semua satker. Harus tuntas program, tuntas anggaran, dan tuntas masalah. Saya mengedepankan kultur kekeluargaan Gorontalo: tidak harus keras atau lembut. Tapi harus disiplin tinggi. Mereka yang berani melanggar saya tindak saat itu juga.”

JELI MANFAATKAN BANTUAN ASING
Bantuan asing ibarat mesin pada perahu, membuat perahu cepat berlayar dan sampai. Kini ada 7 program bantuan asing di sektor pendidikan (dari Jerman, AS, Jepang, Inggris, Bank Dunia, dan Unicef). “Prinsipnya ada gula ada semut. Buat program dahulu, lalu undang donor melihat, dan minta arahan. Meski banyak, namun tidak tumpang-tindih. Ada yang mendatangkan guru trainer (AS), memperbaiki sekolah (Australia), peningkatan mutu guru (Bank Dunia), pengembangan kurikulum (Jerman dan Unicef).

DATA PENDIDIKAN
Dibentuk lembaga untuk mencatat dan updating data kependidikan. Mengangkat pengelola data di tingkat cabang dinas. Melaksanakan lokakarya analisis data yang melibatkan seluruh stakeholder pendidikan hingga tingkat kepala sekolah dan unsur pengelola data tingkat kecamatan.

Manfaat yang didapat, validasi data untuk SD/MI dan SMP/MTs. Rekomendasi sekolah multigrade untuk 17 sekolaha di 5 kecamatan, regrouping sekolah, peningkatan kualitas guru, redistribusi guru SMP/MTs, serta rekruitmen guru baru (201 orang pada 2008).

TRANSPARANSI
Rumah dinas tak ada pos satpam dan terbuka tanpa pagar. Masyarakat dapat datang masuk, terbuka 24 jam. Mengubah birokrat korup, melalui keterbukaan tender. Siapapun, entah tim sukses, partai pendukung, keluarga, boleh ikut tender terbuka itu. Saat pengumuman di lapangan terbuka, disaksikan masyarakat. Tidak ada kong-kalikong, objektif, tanpa lobi-lobi.

Saat pelaksanaan di kecamatan, misalnya, selalu diundang mahasiswa, LSM, dan perwakilan masyarakat. Nilai proyek diumumkan, dan masyarakat serta LSM dimintaat mengawasi. Ada 27 LSM yang dibiayai mengawasi berbagai proyek di berbagai sektor.
David pernah di-PTUN-kan oleh para guru, ketika memutasi 644 guru ke desa. Ia menang, karena kebijakan itu berdasarkan suatu analisis tentang penyebaran guru. Saat ini, banyak guru desa yang malah berterima kasih ditugaskan di desa.

EFISIENSI ANGGARAN
Belum lama ini, tim pendidikan Kabupaten Rokan Hulu dan Kuantan Singingi, Riau, berkunjung mempelajari model pengelolaan anggaran pendidikan, yang menurut mereka efisien. Anggaran APBD Rp. 509 miliar, tidaklah besar. Seluruh SKPD sudah diberi dana operasional. Kepala dinas punya tunjangan di luar gaji dan jabatan, Rp. 12 juta, asisten Bupati Rp.15 juta. Jangan berfikir memotong biaya proyek, mengambil hak orang, atau meminta komisi. Mengurus ijin biaya Rp. 15 ribu, tunggu 3 jam selesai. Seluruhnya sudah terikat Pakta Integritas.

Cepat atau lambat, semua akan menuju transparansi anggaran. Karenanya, harus dipersiapkan sikap transparansi itu. Misal, biaya makan rapat 1 dos Rp. 35 ribu, harus tepat berapa ikan, telur, nasi, sendok, harga kotak. Laporan harga, biaya masuk keluar, penggunaan anggaran dan sumber dana, harus ditempelkan di sekolah, tidak ada yang ditutupi. Sehingga, secara spontan, jika ada kekurangan, orangtua mau membantu.

Gorontalo fokus pada tiga sektor pembangunan: pendidikan, kesehatan, dan pertanian. Maknanya luas, tak semua anggaran ada di dinas terkait, ada interkoneksitas. Jagung masuk sekolah, anggarannya dari dinas pertanian, rumput laut masuk sekolah dari anggaran dinas perikanan & kelautan.

Foto: Pertemuan dan pelatihan Guru dalam Program BERMUTU bantuan dana asing.

ESENSI PENDIDIKAN
Kalau pendidikan maju, maka masyarakat akan pintar, dan maju berwirausaha. Ekonomi meningkat. Agama pun dikembangkan, sehingga terjaga keseimbangan. Pengajian ahad subuh tiap minggu, memberangkatkan haji para imam mesjid secara bergiliran.


Wuih……apakah setiap daerah bisa inspiring fakta-fakta ini? Asumsi kami, pendidikan Indonesia bisa maju cepat, jika program ini berjalan tanpa hambatan.TG

Tulisan ini diterbitkan dalam Majalah Teachers Guide edisi No. 10/Tahun ke IV/ 2010. Dapatkan di counter Gramedia/Gunung Agung, atau di komunitas-komunitas guru. Kehabisan? Hubungi Sirkulasi di 0812 824 22801, atau di Fleksi (021) 684 58569. Terima kasih.
0 komentar
Label: Bupati Kab. Gorontalo, Drs. David Bobihoe Akib MSi, government mobile, kebijakan pro pendidikan, manajemen pendidikan, mapping government., MGPBE, MM, strategi pendidikan
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langgan: Entri (Atom)
KABAR TERBARU: EDISI 13 Telah Terbit!
Cover Story: "PENDIRI SEKOLAH, PUBLIC RELATION TERBAIK"
dengan tema tambahan lain:
Dik Doank: Kurikulum Asmaul Husna.
Munif Chatib dan GA (Guardian Angel).
Mencari Makna Bekerja.

Kini makin tebal dengan 84 halaman. Terbit 3 bulanan. Segera dapatkan dengan berlangganan!

APA KABAR? EDISI 12 TELAH TERBIT
Kini edisi 12 telah terbit. Dengan cover story "Valensi Pendidikan".
Dan edisi mendatang no. 13 sedang dipersiapkan menyongsong Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2012.
Segera kami update edisi terdahulu No. 11. Selamat mengikuti.
Salam Pendidikan!

JADI AGEN TEACHERS GUIDE?
Jika Anda seorang pendidik atau Guru, dan tertarik untuk menyebarluaskan majalah ini bagi komunitas pendidikan di lingkungan Anda, kami ingin mengajak Anda bekerjasama sebagai agen majalah Teachers Guide.

Kabari kami di email: indra_tcguide@yahoo.co.id, atau ke hp. 0812-8242 2801, 0812-9065115.
Link Pendidikan

* Lembaga Pengembangan Insani-Dompet Dhuafa

Selamat Datang di Teachers Guide

Publisher/Pemred : Arfi Destianti Moenandaris
0812 9065115

Managing Editor : Indrawan Miga
021 6845 8569

Kontributor : Ria Restanti Natalisa (Yogyakarta)

Email: majalahteachersguide@yahoo.co.id

Milis: teachersguideforum@ yahoogroups.com

statistik pengunjung
Bravenet Counter Stats
Powered by Bravenet
View Statistics
Teachers Guide

Depok, Jawa Barat, Indonesia

Lihat profil lengkapku
mitra pendidikan
ARSIP PENERBITAN

* ► 2011 (10)
o ► Maret (10)
+ PILAR-PILAR KESUKSESKAN GURU
+ Proses Ilmu
+ Langkah Penyiapan Pendirian Sekolah
+ Belajar dari dr. Eva J. Hoffman. NGOMONG BENER SA...
+ Lulus, NEM Tinggi & Diterima di Sekolah Negeri
+ Agenda Pelatihan - Nett Academy, Jakarta, Feb-Mei...
+ Serius Menuju PAUD Plus : BUKAN SEKADAR FASILITAS
+ Kejar Rejeki melalui Sertifikasi
+ REFORMASI DARI SEKOLAH KEBUN
+ Untukmu Guru : NYALAKAN LILIN, PENDARKAN PERUBAHA...

* ▼ 2010 (56)
o ► Desember (1)
+ Pendidikan Karakter INDONESIA PUNYA TAMAN SISWA !
o ► November (12)
+ Cover Story : PENDIDIDKAN MULTIKULTURAL
+ Cover Story : GURU Naik Jabatan, Kenapa Tidak?
+ Cover Story : TECHNOPRENEURSHIP
+ Cover Story : Ngangsu Kawruh = Menimba Ilmu
+ Cover Story : PERUBAHAN PENAMPILAN dan PROSES KEHI...
+ Cover Story: Seberapa Banyak Upaya Pengembangan D...
+ Guru Baru = Guru Bermasalah?
+ Tiket Gratis KGN 2010 untuk pembaca/pelanggan maja...
+ LEARNING JOURNEY ala Bobby de Porter
+ Ki Hajar Dewantara: "Pendidikan adalah perjuangan ...
+ PEMBENTUKAN APERSEPSI MELALUI 4 PILAR. Awali de...
o ▼ Oktober (25)
+ Manipulatives From A to Z
+ Sejarah? “Bosan Ah!”
+ Ide Pembelajaran Komunikasi (English)
+ Spelling Bee, AGAR TAK SEKEDAR BERGUMAM SEPERTI L...
+ SOAL MATEMATIKA YANG ANEH (1)
+ Pembelajaran Kontekstual, Pembelajaran (yang) Sebe...
+ Ice Breaking Persiapan UASBN dan UN
+ Ikuti Ujian Nasional dengan Senyuman BELAJAR MEMIN...
+ Guru Olah Raga Bergaya
+ Build! Jangan Do. Business! Bukan Busyness
+ Gaya Sekolah Menjaring Calon Siswa
+ Pendaftaran Sekolah Siswa Baru, BANYAK PERSYARATA...
+ Cheerleaders Pelatihan Pendidikan
+ Bupati Gorontalo Drs. David Bobihoe Akib : INSPIR...
+ Yang ‘Tertular’ PAKEM - MBS –PSM
+ Ketika PAKEM masuk Kampus
+ Bukan IPA Sastra
+ Mencari Roh PAKEM
+ Orangtua Terlibat, Hasilnya Bagus Sekali
+ PERUBAHAN ITU BERAWAL DARI DESA
+ Green School, Bamboo, Bali .... Dahsyat!
+ GURU RIAU MENULIS, GURU SEMARANG MENULIS
+ Who are You, anyway?
+ (1) Tepatkah Saya Mendirikan SD?
+ Mau Tunjangan? Mau Sertifikasi? Miliki dulu Nomor...
o ► Mei (4)
+ Mengintip Program 100 Hari Depdiknas
+ Lagi, Kritik Mochtar Buchori tentang Guru
o ► April (7)
o ► Maret (2)
o ► Februari (2)
o ► Januari (3)

* ► 2009 (108)
o ► Desember (11)
o ► November (23)
o ► Oktober (16)
o ► September (1)
o ► Agustus (1)
o ► Juni (8)
o ► Mei (24)
o ► April (24)

* ► 2008 (13)
o ► September (13)